kievskiy.org

Panen Raya Harusnya jadi Berkah Petani, Pemerintah Harus Kendalikan Harga Gabah dan Beras

Petani di Desa Biyawak, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka tengah menjemur gabah.
Petani di Desa Biyawak, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka tengah menjemur gabah. /Pikiran-Rakyat/Tati Purnawati

 
Pertanyaan, apakah panen raya merupakan berkah atau tragedi kehidupan bagi petani padi, sebetulnya kerap kali muncul menjadi diskusi yang menghangatkan. Di satu sisi, ada yang menjawab sebagai berkah yang patut disyukuri, namun di sisi lain, ada pula yang menyebut sebagai tragedi kehidupan. Jawaban ini sah-sah saja disampaikan, tergantung dari kacamata mana mereka menganalisisnya.
 
Panen raya adalah momen yang ditunggu-tunggu oleh petani padi setelah kurang lebih 3 bulan mereka membudidayakan tanaman padi ini. Petani berharap panen raya akan memberi penghasilan yang lebih baik. Petani memimpikan, jika produksi yang dihasilkan meningkat, maka tingkat kehidupannya bakal semakin membaik. Petani bangkit mengubah nasib bakal menjadi kenyataan.
 
Sayangnya, pengalaman menunjukkan, setiap panen raya, petani selalu dihadapkan kepada masalah klasik yang selama ini menyelimuti kehidupan mereka. Hampir setiap tahun produksi padi secara nasional meningkat cukup signifikan. Buktinya, setiap tahun, jika dibandingkan antara produksi dan konsumsi, kita selalu surplus beras dan tidak pernah defisit, sekalipun jumlah surplusnya semakin menurun.

Pertanyaan susulannya adalah apakah Panen Raya kali ini akan memberi berkah kehidupan bagi petani atau sebaliknya panen raya 2024 ini malah bakal melahirkan tragedi kehidupan bagi petani? Apakah dalam panen raya sekarang, negara/Pemerintah berkenan hadir di tengah kesusahan petani? Apakah Pemerintah bakal mampu mengendalikan harga gabah dan beras di tingkat petani?

Seabreg pertanyaan di atas tentu penting untuk dijawab. Kementerian terkait mestinya memiliki jurus ampuh, bagaimana agar panen raya sekarang mampu menjadi berkah kehidupan bagi petani beserta keluarganya. Hanya perlu dijawab secara transparan, produksi yang melimpah tidak menjamin penghasilan petani bakal meningkat dengan signifikan jika harga gabah dan beras di tingkat petani anjlok.

Inilah yang terjadi selama ini. Tanda-tanda turunnya harga gabah menjelang panen raya telah dirasakan petani di berbagai daerah. Menjelang akhir Maret 2024, harga gabah dikabarkan mulai turun. Semula masih di atas angka Rp7000,- per kg, kini harga gabah terekam menurun di bawah angka Rp7000,- per kg. Petani pun was-was. Jangan sampai saat panen raya berlangsung, harga gabah di bawah angka Rp6000,- per kg.

Dihadapkan pada kondisi seperti ini, petani berharap agar Pemerintah betul-betul hadir dalam kehidupan petani guna menjaga harga gabah tidak anjlok ketika panen raya berjalan. Sikap Pemerintah yang seolah-olah membiarkan suasana ini terjadi sudah waktunya dihentikan. Begitu pun dengan penampilannya seperti tak berdaya mengendalikan harga gabah yang wajar agar segera dihentikan.

Kini, sudah saatnya Pemerintah mempertontonkan kekuasaan dan kewenangan yang digenggamnya untuk berpihak kepada petani. Pemerintah perlu sungguh-sungguh melakukan pembelaan dan perlindungan terhadap petani. Artinya, salah besar jika Pemerintah tidak bersikap. Apalagi jika menjadi bagian dari kelompok yang ingin menekan harga gabah di tingkat petani.

 
Kalau panen raya yang bakal berlangsung beberapa hari ke depan ingin menjadi berkah kehidupan bagi petani, maka salah satu kata kunci adalah sampai sejauh mana Pemerintah mampu mengendalikan harga gabah di tingkat petani. Bila petani merasa senang dengan harga gabah di atas angka Rp7000,- per kg, maka Pemerintah perlu menjaga dan memastikan harga gabah tidak akan melorot sampai di bawah Rp6000,-.
 
Memang pantas, jika sekarang petani mendapat untung yang wajar setelah sekian lama para pedagang "mengatur" harga gabah di petani. Hobi bandar, pengepul, tengkulak, dan sejenisnya yang doyan memainkan harga gabah di petani penting diingatkan supaya mereka memahami, sesama anak bangsa (baca: petani) kini butuh sokongan untuk mendapatkan harga gabah yang wajar.

Betul! Tidak seharusnya setiap panen raya tiba, para petani padi selalu dijadikan korban keserakahan para pedagang. Petani sudah waktunya menjadi penikmat panen raya. Jerih payah dan kerja keras petani selama 3 bulan lebih sepatutnya dihargai dengan harga jual gabah yang menguntungkan. Paling tidak, biaya produksi, risiko usaha, dan keuntungan bakal terbayar dengan harga gabah yang wajar dan benar-benar dinikmati para petani.

Catatan kritisnya, apakah ada langkah cerdas yang dapat ditempuh ketika Pemerintah berkehendak untuk menurunkan harga beras, namun tidak akan menurunkan harga gabah? Ini yang harus diikhtiarkan. Secara kemauan politik, Kepala Badan Pangan Nasional telah mengingatkan, pada saat panen raya, harga beras akan turun dengan sendirinya. Namun begitu, harga gabah perlu dijaga agar tidak ikut-ikutan turun.

 
Stop panen raya melahirkan tragedi kehidupan bagi petani. Panen raya bukan ajang untuk mengecewakan para petani. Panen raya mestinya mampu dikemas sebagai bagian dari strategi petani bangkit mengubah nasib. Inilah salah satu alasan menyambut panen raya 2024, Pemerintah diminta hadir di tengah kesusahan petani. Pemerintah perlu mendampingi dan mengawalnya.
 
Ayo kita buktikan bersama. Mulai saat ini, panen raya adalah sebuah berkah kehidupan yang mampu mengubah kualitas hidup para petani. Melalui panen raya, mari kita ubah kemiskinan petani menjadi kemakmuran. Sebagai warga bangsa, petani memiliki hak untuk hidup sejahtera dan bahagia. Tugas dan kewajiban Pemerintahlah untuk menyejahterakannya.

Akhirnya penting diingatkan, panen raya merupakan hajatan petani yang perlu diselamatkan pelaksanaannya. Berbagai cerita menggambarkan, hampir dalam setiap panen raya, harga gabah dan beras anjlok sudah waktunya dihentikan. Kita harus mulai merancang panen raya yang menguntungkan petani. Kita buktikan, panen raya bukanlah tragedi kehidupan bagi petani, tapi panen raya merupakan berkah yang harus disyukuri kehadirannya (Entang Sastraatmadja: Ketua Harian DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia atau HKTI Jawa Barat).***

 
Disclaimer: Kolom adalah komitmen Pikiran Rakyat memuat opini atas beragam hal. Tulisan ini bukan produk jurnalistik, melainkan opini pribadi penulis.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat