Pertanyaan susulannya adalah apakah Panen Raya kali ini akan memberi berkah kehidupan bagi petani atau sebaliknya panen raya 2024 ini malah bakal melahirkan tragedi kehidupan bagi petani? Apakah dalam panen raya sekarang, negara/Pemerintah berkenan hadir di tengah kesusahan petani? Apakah Pemerintah bakal mampu mengendalikan harga gabah dan beras di tingkat petani?
Seabreg pertanyaan di atas tentu penting untuk dijawab. Kementerian terkait mestinya memiliki jurus ampuh, bagaimana agar panen raya sekarang mampu menjadi berkah kehidupan bagi petani beserta keluarganya. Hanya perlu dijawab secara transparan, produksi yang melimpah tidak menjamin penghasilan petani bakal meningkat dengan signifikan jika harga gabah dan beras di tingkat petani anjlok.
Inilah yang terjadi selama ini. Tanda-tanda turunnya harga gabah menjelang panen raya telah dirasakan petani di berbagai daerah. Menjelang akhir Maret 2024, harga gabah dikabarkan mulai turun. Semula masih di atas angka Rp7000,- per kg, kini harga gabah terekam menurun di bawah angka Rp7000,- per kg. Petani pun was-was. Jangan sampai saat panen raya berlangsung, harga gabah di bawah angka Rp6000,- per kg.
Dihadapkan pada kondisi seperti ini, petani berharap agar Pemerintah betul-betul hadir dalam kehidupan petani guna menjaga harga gabah tidak anjlok ketika panen raya berjalan. Sikap Pemerintah yang seolah-olah membiarkan suasana ini terjadi sudah waktunya dihentikan. Begitu pun dengan penampilannya seperti tak berdaya mengendalikan harga gabah yang wajar agar segera dihentikan.
Kini, sudah saatnya Pemerintah mempertontonkan kekuasaan dan kewenangan yang digenggamnya untuk berpihak kepada petani. Pemerintah perlu sungguh-sungguh melakukan pembelaan dan perlindungan terhadap petani. Artinya, salah besar jika Pemerintah tidak bersikap. Apalagi jika menjadi bagian dari kelompok yang ingin menekan harga gabah di tingkat petani.
Betul! Tidak seharusnya setiap panen raya tiba, para petani padi selalu dijadikan korban keserakahan para pedagang. Petani sudah waktunya menjadi penikmat panen raya. Jerih payah dan kerja keras petani selama 3 bulan lebih sepatutnya dihargai dengan harga jual gabah yang menguntungkan. Paling tidak, biaya produksi, risiko usaha, dan keuntungan bakal terbayar dengan harga gabah yang wajar dan benar-benar dinikmati para petani.
Catatan kritisnya, apakah ada langkah cerdas yang dapat ditempuh ketika Pemerintah berkehendak untuk menurunkan harga beras, namun tidak akan menurunkan harga gabah? Ini yang harus diikhtiarkan. Secara kemauan politik, Kepala Badan Pangan Nasional telah mengingatkan, pada saat panen raya, harga beras akan turun dengan sendirinya. Namun begitu, harga gabah perlu dijaga agar tidak ikut-ikutan turun.
Akhirnya penting diingatkan, panen raya merupakan hajatan petani yang perlu diselamatkan pelaksanaannya. Berbagai cerita menggambarkan, hampir dalam setiap panen raya, harga gabah dan beras anjlok sudah waktunya dihentikan. Kita harus mulai merancang panen raya yang menguntungkan petani. Kita buktikan, panen raya bukanlah tragedi kehidupan bagi petani, tapi panen raya merupakan berkah yang harus disyukuri kehadirannya (Entang Sastraatmadja: Ketua Harian DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia atau HKTI Jawa Barat).***