kievskiy.org

Menikah dan Mengasuh Anak Dianggap Ribet, Populasi Berkurang

Warga melintas memakai masker untuk melindungi diri dari debu, di Jembatan Penyeberangan Sepeda (JPS) sekaligus Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Sudirman,Jakarta, Selasa, 8 Agustus 2023.
Warga melintas memakai masker untuk melindungi diri dari debu, di Jembatan Penyeberangan Sepeda (JPS) sekaligus Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Jalan Sudirman,Jakarta, Selasa, 8 Agustus 2023. /ANTARA/Reno Esnir

PIKIRAN RAKYAT - Jika Korten (1984) meramalkan pada abad 21 penduduk semakin banyak, maka bisa berbeda ketika memasuki abad ke 22-nya. Sudah mulai banyak perilaku yang menghindari memiliki anak. Reproduksi pun mulai terpisah dari seks. Tidak heran, pasangan sesama jenis juga menggeliat. Di Indonesia seperti disampaikan Pikiran Rakyat (13 Maret 2023), penurunan angka pernikahan terjadi. Di Jakarta, 47.000 pernikahan turun menjadi 43.000 pernikahan. Hal yang sama di Papua, dari 4.000 ke 1.000 pasangan saja.

Banyak faktor penyebabnya. Bisa lantaran merasa ribet atau juga faktor ekonomi. Sebagian lantaran pengalaman tidak nyaman dalam hubungan asmaranya. Anak pun dianggap beban dan membelenggu aktivitas keseharian atau bahkan karier. Bila hal demikian berkembang, kepemilikan anak bisa terus minimalis daripada leluhurnya. Akibatnya, pertumbuhan penduduk pun terus menyusut.

Jablay

Istilah jablay bisa terus populer. Persepsi yang berkembang pada segelintir orang hidup sendiri sehingga jarang mendapat belaian. Keinginan hidup menyendiri bisa seperti jamur pada musim hujan. Kemapanan hidup atau sebaliknya bisa mendorongnya hidup seperti itu. Hal demikian bisa mengubah persepsi atas pernikahan. Tidak heran dengan kehidupan yang serba mudah, pilihan menjablay pun mulai menjadi pilihan.

Dalam usia produktif dan sehat hidup menjadi jablay bisa menjadi biasa dan nyaman, bahkan mulai terasa menjadi kebutuhan. Namun tatkala menua dan mulai segala terasa, kebutuhan mendapat bantuan orang lain semakin terasa. Nilai yang mengajarkan akur jeung dulur hade jeung tatangga bisa mulai meluntur tatkala kecanggihan gadget menjadi andalan untuk mengatasi banyak hal. Akibatnya, perilaku cuek yang tidak ramah dan santun pun berkembang.

Kondisi di atas bisa mengarah kepada merendahnya kepekaan terhadap lingkungan. Hubungan sesama termasuk hubungan dengan alam menjadi rendah. Egosentris menguat dan itu berarti pengawal lingkungan bisa mulai berkurang. Orang pun bisa hidup dengan cul dogdog tinggal igel. Simbiosis mutualistic sebagai keterikatan dengan orang lain mulai ditinggalkan kecuali memiliki kepentingan yang sama. Dampaknya, jika tidak memiliki kepentingan, dengan keluarga pun bisa diabaikan.

Hal yang dianggap ribet mulai disortir. Pernikahan, tatkala dianggap ribet pun bisa dihindari, apalagi harus mengasuh anak yang dianggap menyita waktu. Hal demikian bisa terjadi akibat pemahaman dan pemaknaan hidup yang tidak lurus. Anak dan keluarga menjadi bagian dari ibadah yang sakral sekaligus menjadi generasi penerus penciri dirinya kelak.

Integritas

Semua pemikiran yang mendorong ketimpangan penduduk dengan alamnya perlu ditangani. Negara memerlukan penduduk dengan jumlah ideal untuk mengelola alamnya. Dengan demikian kehadiran penduduk menjadi penting adanya. Menikah menjadi media sakral yang mengawali pertambahan penduduk dan penerus dirinya. Pernikahan juga menjadi media pengembangan silaturahmi antar-keluarga. Dengan demikian sekat antar orang bisa dibuka melalui aktivitas penting tersebut.

Terbukanya sekat antar-pihak bisa memperkokoh solidaritas antar sesama. Dengan demikian, menghargai sesama akan bisa dibangun. Etika dan moral terus ditumbuhkan bersama sehingga akan menjadi lingkungan sosial yang memiliki tanggung jawab terhadap sesama, alam, dan juga negeri ini. Bila pemikiran Kast (1981) digunakan, maka lingkungan ini akan menginput pemerintah untuk dihasilkan kebijakan yang berpihak pada sesama dan alam.

Melalui kehidupan berkeluarga, pendidikan dapat dikembangkan bersama kasih sayang. Dengan demikian rasa kasih pun terus ditularkan kepada sesama yang lainnya. Melalui cara seperti itu, asuhan yang dilakukan masyarakat pun menjadi penting agar atikan dari keluarga dikuatkan masyarakat. Demikian halnya tatkala masuk di pendidikan sekolah, hal seperti itu bisa membentuk orang cerdas dan bermoral. Inilah cikal bakal mengentalnya integritas seperti Sutor (1991) paparkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat