kievskiy.org

Dipati Ukur Bukan Cuma Nama Jalan, Ada Cerita di Balik Terbentuknya Kabupaten Bandung

Radio Malabar di Gunung Puntang, Kabupaten Bandung.
Radio Malabar di Gunung Puntang, Kabupaten Bandung. /Tropenmuseum, part of the National Museum of World Cultures

PIKIRAN RAKYAT - Menurut naskah Mangle Arum, Dipati Ukur (Wangsanata) adalah keturunan Raja Jambu Karang. Dipati Ukur diangkat oleh Sultan Agung menjadi Kepala Daerah Ukur dan mendapat gelar Adipati sehingga dikenal sebagai Dipati Ukur.

Pada tahun 1627, Dipati Ukur diangkat sebagai Wedana Bupati Priangan menggantikan Pangeran Rangga Gede dari Sumedang. Sultan Agung sangat berambisi untuk mengusir VOC dari Batavia dan sangat membutuhkan dukungan dari Priangan karena daerah ini berbatasan langsung dengan Batavia. Dipati Ukur menyanggupi untuk membantu Sultan Agung merebut Batavia dari VOC.

Ilustrasi. Hari Jadi Kabupaten Bandung berkaitan erat dengan cerita Dipati Ukur.
Ilustrasi. Hari Jadi Kabupaten Bandung berkaitan erat dengan cerita Dipati Ukur.

Penyerangan Batavia

Sultan Agung memerintahkan Dipati Ukur menyerang Batavia pada tahun 1628 bersama pasukan Mataram di bawah pimpinan Tumenggung Bahureksa. Dipati Ukur menyerang dari darat bersama pasukan yang dipilih dari sembilan umbul.

Prajurit-prajurit Sunda lebih dahulu sampai di Karawang. Setelah mereka menunggu tujuh hari, prajurit-prajurit Mataram belum juga datang. Dipati Ukur memutuskan untuk menyerbu Batavia tanpa menunggu Tumenggung Bahureksa.

Namun, pada 12 September 1628, pasukan VOC melancarkan serangan ke arah garis pertahanan pasukan Dipati Ukur yang mengakibatkan sekira 30-40 anggota pasukannya tewas dan pasukan Dipati Ukur harus mundur.

Prajurit-prajurit Dipati Ukur merasa kewalahan menghadapi VOC. Pada 21 Oktober 1628, pasukan VOC yang berkekuatan 2.866 orang di bawah komando Letnan Kolonel Jacques le Febvre melakukan serangan besar-besaran ke markas pasukan Dipati Ukur.

Pasukan Dipati Ukur tidak mampu menahan serangan itu dan terdesak mundur ke Gunung Pongporang. Sementara itu, Tumenggung Bahureksa beserta pasukannya yang terlambat sampai di Karawang segera menuju Batavia dan melancarkan serangan terhadap Kompeni. Namun, dia kalah dengan banyak korban di pihaknya. Tumenggung Bahureksa pun kembali ke Mataram.

Penangkapan Dipati Ukur

Setibanya di Mataram, Bahureksa melaporkan pengkhianatan Dipati Ukur. Sultan Agung memerintahkan penangkapan Dipati Ukur. Berdasarkan dokumen Kompeni, penyerangan Mataram ke Batavia terjadi pada tahun 1628/1629. Sementara itu, pasukan Tumenggung Bahureksa mengepung Dipati Ukur di Gunung Pongporang dan Gunung Lumbung selama satu tahun.

Selanjutnya, Tumenggung Bahureksa mengadakan blokade di Bungbang selama 2,5 tahun sampai akhirnya Dipati Ukur menyerah tahun 1632 atau 1633. Dipati Ukur bersama sisa-sisa pasukan dan keluarganya dibawa ke Mataram dan dijatuhi hukuman mati di sana.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat