kievskiy.org

Tantangan Pancasila, Masihkah Relevan di Era Disrupsi?

Ilustrasi Pancasila.
Ilustrasi Pancasila. /X/ASEAN

PIKIRAN RAKYAT - Di tengah suasana peringatan Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2024, bangsa Indonesia dihadapkan pada realitas era disrupsi digital yang tak terelakkan. Era ini membawa perubahan fundamental di berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di sinilah Pancasila, sebagai fondasi ideologis bangsa kembali diuji relevansinya dalam menjawab tantangan zaman untuk mengantarkan Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.

Era disrupsi digital ditandai dengan pesatnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang mengubah manusia dalam cara hidup, bekerja, berkomunikasi. Di Indonesia, disrupsi ini membawa berbagai dampak, seperti munculnya beragam platform digital, transformasi industri, dan perubahan pola pikir masyarakat.

Dampak yang dikhawatirkan adalah tingginya potensi pengangguran di kalangan usia produktif. Berbagai studi menunjukkan bahwa otomatisasi dan disrupsi teknologi dapat menggantikan banyak pekerjaan yang saat ini dilakukan oleh manusia. Bahkan berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) terkini, tercatat 10 juta pemuda berusia 15-24 tahun atau generasi Z berstatus menganggur atau tidak memiliki kegiatan yang produktif. Hal ini dapat menjadi ancaman serius dan memicu kesenjangan sosial, ekonomi, serta memengaruhi stabilitas nasional.

Di tengah situasi seperti ini Pancasila harus hadir sebagai pemandu dan solusi bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai Pancasila, seperti Ketuhanan, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, harus tetap menjadi kompas moral dalam menghadapi berbagai tantangan.

Akan tetapi, aktualisasi Pancasila di era disrupsi membutuhkan strategi yang tepat dan efektif. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah Komunikasi Pentahelix. Pendekatan ini menekankan kolaborasi dan sinergi antar lima elemen penting, yaitu pemerintah, akademisi, pengusaha, media, dan masyarakat.

Komunikasi Pentahelix memiliki beberapa prinsip utama yang tidak lepas dari nilai-nilai Pancasila. Di mana keterlibatan lima elemen tadi harus memiliki prinsip-prinsip, seperti keterbukaan atau transparansi, kesetaraan, saling menghormati dan menghargai. Karena bila semua hal tersebut terpenuhi, maka akan timbul kepercayaan satu sama lain agar dapat berbagi peran dan berkolaborasi dengan penuh tanggung jawab.

Sinergi

Terbangunnya dialog, diskusi dan kerjasama antar lima elemen Pentahelix tersebut, tentunya akan membangun sinergi harmoni dalam menghadapi tantangan dan peluang yang muncul di era disrupsi. Pemahaman yang muncul dari semua elemen tentunya tidak terlepas dari aspek kesadaran kolektif bahwa era disrupsi adalah tantangan yang harus dihadapi bersama. Maka solusi yang lahir akan mengedepankan prinsip dari nilai-nilai Pancasila sebagai kompas moral.

Akan sangat baik bila semua pihak saling berbagi peran. Pemerintah harus memulai merangkul pihak lainnya untuk membangun kesepahaman. Karena semua pihak memiliki potensi peran yang dapat dimaksimalkan. Akademisi diharapkan mampu melakukan dan mengembangkan program edukasi dan pelatihan dalam meningkatkan literasi digital masyarakat. Selain itu, akademisi dapat menghasilkan riset-riset yang bermanfaat. Dengan inovasi dan kreativitas akan mendorong lahirnya solusi-solusi baru untuk mengatasi berbagai tantangan di era disrupsi.

Kehadiran pengusaha-pengusaha swasta akan membantu memperkuat infrastruktur digital dan akses internet agar merata. Hal ini penting untuk memastikan bahwa semua masyarakat Indonesia dapat memanfaatkan teknologi digital secara optimal dan merata. Pengusaha swasta dapat pula menjadi sponsor dalam melakukan riset, inovasi, dan kegiatan literasi digital ke masyarakat.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat