kievskiy.org

Hujan Buatan Diprotes Pedagang Cuanki karena Rasanya Jadi Pangset

Para pedagang cuanki memprotes penyemaian garam di awan untuk membuat hujan buatan. Mereka banyak kehilangan pelanggan karena rasa cuankinya jadi pangset alias terlalu asin.
Para pedagang cuanki memprotes penyemaian garam di awan untuk membuat hujan buatan. Mereka banyak kehilangan pelanggan karena rasa cuankinya jadi pangset alias terlalu asin. /Olah digital Pikiran Rakyat

Disclaimer: Konten Mikiran Yayat berisi parodi. Informasi di dalamnya dibuat untuk hiburan semata dan bukan fakta.

PIKIRAN RAKYAT - Kemarau panjang yang terjadi saat ini mulai menimbulkan berbagai masalah. Di beberapa daerah sudah terjadi kekeringan, polusi, dan kebakaran hutan.

Dodo Halodo, Ketua BMKG atau Badan yang Mengamati Kemunculan Guludug, menyatakan kekeringan sekarang sudah semakin parah. “Sekarang segala sesuatu menjadi kering. Sungai kering, waduk kering, sawah kering, sumur kering. Penyakit pun jadi serba kering, seperti batuk kering, mulut kering. Kondisi ekonomi pun ikutan kering. Dompet kering, badan teu kaurus jadi kurus kering,” kata Dodo Halodo yang mengaku lahir saat bulan kemarau ini.

Beberapa daerah sudah melayangkan permintaan untuk membuat hujan buatan kepada pemerintah pusat. Pemerintah juga berkomitmen untuk mengupayakan membuat hujan buatan di beberapa titik, tetapi proses membuat hujan buatan ternyata tidak semudah membalikkan taplak meja.

Menurut Dodo Halodo, BMKG saat kesulitan untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca atau membuat hujan buatan saat ini. Padahal opsi hujan buatan sangat diperlukan untuk menekan dampak kekeringan.

Baca Juga: Polusi Udara Jakarta Kian Parah, Warga Wajib Bawa Hihid Saat Bepergian

“Kesulitan pertama adalah sekarang sedang susah neangan bangkong ngawok-wok sebagai tanda minta turun hujan karena saat ini bangkong menunda kawin berhubung bukan bulan Rayagung. Kesulitan yang kedua, kami juga susah mencari londok yang mau ngegel jelema untuk mengundang guludug datang sebagai pertanda akan turun hujan,” kata Dodo.

“Jadi kendalanya ada di kesediaan bangkong jeung londok. Kedua hewan ini sulit dinegosiasi kecuali oleh ahlinya yaitu Karnadi bandar bangkong,“ lanjut Dodo.

Padahal, BMKG sudah menyemai sebanyak 4.800 kilogram garam di langit Jabodetabek selama empat hari terakhir. Namun, hujan tak kunjung turun juga.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat