kievskiy.org

Impor Beras Tercium Para Tengkulak, Bupati Karawang Sebut Petani Sudah Hadapi Masalah Lain

Potret dr. Hj. Cellica Nurachadiana yang menjadi petahana dalam Pilkada Kabupaten Karawang 2020.
Potret dr. Hj. Cellica Nurachadiana yang menjadi petahana dalam Pilkada Kabupaten Karawang 2020. /instagram/cellicanurrachadiana instagram/cellicanurrachadiana

PIKIRAN RAKYAT - Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana, secara tegas ikut menolak rencana impor beras yang akan dilakukan Pemerintah Pusat dalam waktu dekat ini. Alasannya, kebijakan tersebut bakal berpengaruh terhadap kehidupan petani, khususnya di Karawang.

"Saat ini petani di Karawang sedang menghadapi masa panen. Jika rencana impor beras direalisasikan, niscaya bakal menurunkan harga beras lokal," ujar Cellica, di kantornya, Jumat 19 Maret 2021.

Menurutnya, penolakan terhadap kebijakan Pusat itu mengacu kepada hasil perbincangan dirinya dengan sejumlah petani Karawang. Para petani mengeluh karena saat ini sudah memasuki masa panen raya.

Para tengkulak sudah mencium rencana impor beras, sehingga mereka menawar rendah gabah petani. Mereka berdalih sebentar lagi beras impor bakal membanjiri pasar beras.

Baca Juga: Belum Sah Jadi Suami Istri, Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar Sudah Cek Kandungan?

Baca Juga: MUI Keluarkan Fatwa Vaksinasi di Bulan Ramadhan, Wapres Ma'ruf Amin Jelaskan Kenapa Tak Batalkan Puasa

"Atas dasar itu, kami memohon rencana impor beras dikaji kembali. Saat ini petani sedang menghadapi berbagai permasalahan,  jangan dibebani lagi dengan persoalan beras impor," kata Cellica.

Menurutnya, impor beras bisa dilakukan jika ada jaminan harga gabah tidak akan anjlok atau petani tidak kesulitan saat menjual gabahnya. Artinya, Pemerintah melalui Perum Bulog bisa menyerap hasil panen petani dengan harga layak.

"Kami kira stok beras bisa dipenuhi dari hasil produksi lokal. Harus dihitung secara cermat, berapa kebutuhan konsumsi masyarakat dan berapa yang harus disimpan sebagai cadangan," kata Cellica.

Dijelaskan, produksi gabah dari Karawang rata-rata mencapai 1,3 juta ton gabah kering giling (GKG) per tahun. Jika dikonversikan ke beras, gabah sebanyak itu akan menjadi sekira 800 ribu ton beras.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat