PIKIRAN RAKYAT – Polemik impor beras 1 juta ton kini tengah menjadi sorotan publik.
Khudori, seorang pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) mengatakan, Perum Bulog masih kesulitan untuk mengeluarkan stok hasil impor beras di gudang mengingat tidak adanya pasar penyaluran yang tepat.
"Penyaluran outlet yang pasti tidak ada, ini kan perjudiannya semakin besar. Itu potensi untuk tidak terurus semakin besar," ujar Khudori, Kamis 18 Maret 2021.
Khudori menjelaskan, Bulog malah terlihat seperti kehilangan pasar untuk penyaluran hasil impor beras setelah pemerintah pada 2017 lalu, mengubah kebijakan bantuan dalam bentuk beras, yang dinamakan raskin dan rastra menjadi bantuan tunai.
Baca Juga: Tidak Terima Dikeluarkan dari All England 2021, Jonatan Christie Sebut BWF Tidak Adil
Padahal, Bulog setiap tahun juga mendapatkan penugasan harus menyerap beras dari petani sebagai cadangan untuk menjaga pasokan dan stabilisasi harga beras.
Kondisi 'kelebihan pasokan' itu yang menyebabkan Bulog masih menumpuk stok beras di gudang, dan penugasan untuk impor beras menjadi sulit untuk dilakukan.
"Bulog itu menyerap beras produksi domestik dalam jumlah kecil, karena sepertinya tidak ingin berjudi. Kalau beras dalam jumlah banyak, terus outlet penyalurannya semakin kecil, bahkan tidak ada, dia harus bertarung dengan pelaku usaha yang lain," tuturnya.