kievskiy.org

Peduli Nutrisi dan Kesehatan Reproduksi, Cegah Stunting Sejak Dini

Forum Kepoin GenBest bertajuk “Remaja Beraksi: Peduli Nutrisi dan Kesehatan Reproduksi” yang diselenggarakan secara daring untuk remaja di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Kamis 26 Agustus 2021.
Forum Kepoin GenBest bertajuk “Remaja Beraksi: Peduli Nutrisi dan Kesehatan Reproduksi” yang diselenggarakan secara daring untuk remaja di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Kamis 26 Agustus 2021. /Dok. Kemkominfo

PIKIRAN RAKYAT – Menyongsong bonus demografi di tahun 2030, Presiden Joko Widodo menargetkan angka prevalensi stunting di Indonesia turun ke angka 14 persen atau di bawah ambang batas stunting yang ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen. Stunting menjadi isu yang penting karena membawa implikasi kepada kemajuan suatu bangsa.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) Wiryanta dalam Forum Kepoin GenBest bertajuk “Remaja Beraksi: Peduli Nutrisi dan Kesehatan Reproduksi” yang diselenggarakan secara daring untuk remaja di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Kamis 26 Agustus 2021.

“Bonus demografi membawa kita pada tingginya proporsi angkatan kerja, oleh karena itu pemerintah menetapkan agar kita bisa memiliki sumber daya manusia yang unggul, memiliki kompetensi, dan memiliki kepribadian Indonesia. Hal ini juga berkaitan dengan Era Keemasan Indonesia di tahun 2045 agar bisa menjadi bangsa yang terpandang di dunia” ujar Wiryanta.

Wiryanta pun mengharapkan agar remaja bersama para pemangku kepentingan ikut serta menyebarkan informasi yang didapatkan melalui Forum GenBest kepada para remaja putri sebagai calon ibu dan para ibu muda. Penyebaran informasi diperlukan agar mereka menyadari pentingnya pencegahan stunting sejak dini, khususnya dengan peduli pada nutrisi dan kesehatan reproduksi.

Baca Juga: Saleh Daulay Disebut Bohong Soal Vaksin Nusantara, Epidemiolog: Hentikan Kehebohan Ini

Dokter Spesialis Gizi Cut Harfiah Halidha mengatakan remaja seringkali tidak menyadari obesitas dan malnutrisi. Terlebih pada masa pandemi seperti saat ini, seringkali remaja mengkonsumsi banyak makanan namun aktivitasnya lebih sedikit atau justru sebaliknya. Aktivitas yang sedikit menyebabkan asupan makanan menjadi berkurang, sehingga menyebabkan malnutrisi.

“Untuk mengetahui kita obesitas atau malnutrisi, kita bisa hitung sendiri dengan cara membagi berat badan dengan tinggi badan dalam meter kuadrat,” papar Cut. Menurutnya, secara ideal indeks massa tubuh berkisar 18,5 – 29,9/m2.

Indeks massa tubuh yang dikategorikan sebagai obesitas adalah di atas 29,9/m2. Sementara untuk malnutrisi memiliki indeks massa tubuh di bawah 18,5/m2. Cut menyoroti tren remaja saat ini yaitu semakin kurus semakin baik, padahal ini bisa menjadi tanda malnutrisi.

“Malnutrisi juga punya efek samping jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendeknya adalah mengganggu perkembangan fungsi otak, sementara efek jangka panjangnya adalah menurunkan IQ serta daya tangkap yang rendah,” ujar Cut. Selain itu, malnutrisi juga bisa berdampak pada pertumbuhan fisik serta perkembangan organ reproduksi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat