kievskiy.org

Studi: ASI Eksklusif Efektif Turunkan Stunting Indonesia

Ilustrasi ibu menyusui.
Ilustrasi ibu menyusui. /Pixabay/StockSnap


PIKIRAN RAKYAT - Prevalensi stunting di Indonesia bergerak turun dalam tiga tahun terakhir.

Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi stunting sebesar 30,89.

Merujuk data integrasi Susenas-SSGBI 2019 yang dipublikasikan September 2019, prevalensi stunting balita turun menjadi 27,674, atau turun sebesar 3,13 persen.

Terdapat sejumlah pendorong kuat dalam penurunan prevalensi stunting.

Di antaranya pemberian ASI eksklusif, usia dan jenis kelamin, keberadaan ART merokok, fasilitas cuci tangan dengan air dan sabun, serta status sakit.

Baca Juga: 'Perang' Mural Rakyat vs Aparat Berlanjut: Urus Saja Moralmu, Jangan Urus Muralku!

Itu disampaikan Prof. Dr. dr. Abdul Razak Thaha, M.Sc, terkait studinya, dalam sesi "Mengupas Efektivitas Intervensi Stunting. Studi Analisis Dekomposisi Program Penurunan Stunting 2018-2019”, di tengah Rakornas bertema Bergerak Bersama untuk Penurunan Stunting, 24 Agustus 2021.

Dikutip Pikiran-rakyat.com dari Setwapres, prevalensi stunting pada balita dijadikan sebagai salah satu indikator untuk mengukur terpenuhinya layanan dasar dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.

Indonesia adalah salah satu negara dengan beban Stunting yang masih tinggi.

Baca Juga: Sudah Siapkan Segudang Harta untuk Azka jika Dirinya Benar Meninggal, Deddy Corbuzier: Kamu Akan...

"Terdapat hal menarik dari studi ini karena mengapa MPASI dan imunisasi menjadi faktor
kontributor rendah dalam penurunan prevalensi stunting, padahal dua faktor ini sangat
penting dalam menjadi pendorong besar dalam penurunan prevalensi stunting,” ujar
Prof. Razak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat