kievskiy.org

Ketua PBNU: Menurut Epidemiolog, Lonjakan Covid-19 Diperkirakan Terjadi di Akhir 2021

Sejumlah kendaraan melaju melambat di jalan raya Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu 29 Agustus 2021. Kepadatan kendaraan terjadi di jalur wisata Puncak, Bogor pada akhir pekan dan masa PPKM level 3 sehingga Satlantas Polres Bogor memberlakukan sistem satu arah secara situasional.
Sejumlah kendaraan melaju melambat di jalan raya Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu 29 Agustus 2021. Kepadatan kendaraan terjadi di jalur wisata Puncak, Bogor pada akhir pekan dan masa PPKM level 3 sehingga Satlantas Polres Bogor memberlakukan sistem satu arah secara situasional. /Antara Foto/Arif Firmansyah

PIKIRAN RAKYAT - Indonesia mesti berkaca pada kasus Covid-19 yang meroket pada gelombang dua beberapa bulan lalu. Untuk itu pemerintah Indonesia diminta mengantisipasi gelombang tiga yang bisa menerpa kapan saja.

Hal inilah yang diwanti-wanti oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siroj.

Dia mengingatkan pemerintah bahwa pandemi Covid-19 saat ini masih ada meskipun pada kenyataannya kasus di Indonesia sedang menurun.

"Menurut keterangan epidemiolog, berdasarkan pola kurva tiga-lima bulanan, lonjakan diperkirakan terjadi di akhir 2021. Dari sisi tengah, NU mendukung percepatan vaksinasi agar segera terbentuk herd immunity atau kekebalan komunitas," ujar Kiai Said Aqil saat memberikan sambutan dalam kegiatan Musyawarah Nasional Alim Ulama dan Konferensi Besar Nahdlatul Ulama 2021, Sabtu 25 September 2021 di Jakarta.

Baca Juga: Saiq Aqil: Sel Terorisme Masih Hidup dan Aktif Melakukan Rekrutmen Melalui Internet

Lebih lanjut, dia juga meminta pemerintah agar memperhatikan sistem kesehatan nasional yang ada saat ini.

Hal ini bisa dilakukan dengan meningkatkan rasio dan keandalan fasilitas kesehatan (RS dan Puskesmas), mengurangi kesenjangan distribusi fasilitas dan tenaga kesehatan (dokter/dokter spesialis, perawat, dan bidan), serta memperkuat ekosistem kesehatan, mulai kemandirian farmasi, penambahan dokter dan nakes, kapasitas RS dan Puskesmas, dan produksi alkes (alat kesehatan).

"Saat ini, sekitar 94 persen alkes yang beredar adalah produk impor. Dominasi alkes impor menandai rapuhnya sistem kesehatan nasional," KATA Kiai Said Aqil dilaporkan laman resmi NU.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat