kievskiy.org

Tolak RUU Cipta Kerja, Mahasiswa Kembali Gelar Aksi Gejayan Memanggil

Aktivis yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bersatu (ARB) melakukan aksi damai #GejayanMemanggilMenolak Omnibuslaw di Gejayan, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (9/3/2020). Dalam aksi yang diikuti ribuan mahasiswa serta masyarakat dari berbagai elemen itu mereka menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja yang dinilai merugikan masyarakat. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc.
Aktivis yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bersatu (ARB) melakukan aksi damai #GejayanMemanggilMenolak Omnibuslaw di Gejayan, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (9/3/2020). Dalam aksi yang diikuti ribuan mahasiswa serta masyarakat dari berbagai elemen itu mereka menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law Cipta Kerja yang dinilai merugikan masyarakat. ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/foc. /Andreas Fitri Atmoko Antara Foto

PIKIRAN RAKYAT – Ratusan mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) UGM Yogyakarta menggelar aksi Gejayan Memanggil.

Fokus pergerakan kali ini pada rencana undang-undang (RUU) Cipta Kerja.

Ketua BEM KM UGM Jogjakarta Sulthan Farsas Nanz menegaskan pemilihan fokus tema atas kajian mendalam.

Baca Juga: Krisdayanti Buka Suara Terkait Kabar Jalinan Cinta Aurel Hermansyah dan Atta Halilintar

Terlebih setelah RUU Cipta Kerja dianggap menyimpang. Penyebabnya adalah hilangnya upaya perjuangan kepada para pekerja.

“Menumbuhkan kembali kesepakatan bahwa RUU Cipta Kerja kehilangan keberpihakannya pada masyarakat luas khususnya para pekerja,” katanya.

Sulthan memandang aturan baku ini justru berpihak pada pemilik modal. Alhasil keberpihakan justru membuat pekerja semakin terpuruk.

Baca Juga: Dishub Kota Cimahi Bakal Intensifkan Pelarangan Kendaraan ODOL di Ruas Tol

Tak hanya atas upah tapi juga pemenuhan hak kepada pekerja.

“Kue privilege terbesar dari kebijakan ini dihadiahkan untuk golongan pengusaha dan investor. Ini yang harusnya dikritisi, jangan sampai RUU ditok tapi tidak memayungi kaum pekerja,” ujarnya.

Dalam aksinya, ada beberapa tuntutan yang diserukan oleh mahasiswa yakni gagalkan Omnibus Law (RUU Cipta Kerja, RUU Perpajakan, RUU Ibu Kota Negara dan RUU Kefarmasian).

Baca Juga: Tiga Pembobol Toko Lintas Provinsi Ditangkap di Majalengka, Dua Masih Buron

Dukung pengesahan RUU P-KS dan Tolak RUU Ketahanan Keluarga.

Kontra Tirano, Humas dari Aliansi Rakyat Bergerak mengungkapkan bahwa mereka menemukan beberapa poin penting yang disuarakan dalam aksi siang itu, yakni persoalan pengelolaan tanah di Indonesia yang dinilai akan dimonopoli oleh bank tanah.

"Kami melihat ini ada hubungannya dengan bagaimana rakyat tidak bisa menolak atas perampasan lahan yang mereka alami. Sehingga masyarakat akan didorong untuk terus menjual tenaganya dan tidak bisa hidup dari lahannya sendiri. Ini akan menyebabkan ketidakpastian dan kerentanan ekonomi semakin luas di kalangan masyarakat Indonesia," ujarnya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat