kievskiy.org

Penilaian Akademisi hingga Pengamat Politik Soal Wacana Sistem Proporsional Tertutup di Pemilu 2024

Ilustrasi Pemilu.
Ilustrasi Pemilu. /Antara/ Fransisco Carolia

PIKIRAN RAKYAT – Belum lama ini diketahui bahwa terdapat wacana adanya penerapan sistem proporsional tertutup dalam pelaksanaan Pemilu 2024. Menurut Akademisi Universitas Djuanda, Aep Saepudin Muhtar menilai bahwa sistem proporsional tertutup dalam Pemilu 2024 justru berpotensi untuk menguatkan oligarki atau penyalahgunaan kekuasaan.

"Sistem ini justru berpotensi abuse of power (penyalahgunaan kekuasaan) oleh elite partai," katanya, dikutip pada Senin, 9 Januari 2023.

Selain itu, Aep menyebutkan bahwa sistem proporsional tertutup juga akan menyebabkan calon legislatif pun tidak maksimal dalam melakukan kerja-kerja electoral untuk meraup suara pada Pemilu 2024.

Tak berhenti sampai di situ saja, Aep menjelaskan sistem proporsional tertutup sistem proporsional tertutup pun juga akan melemahkan peran partai.

Baca Juga: Kondisi Terkini Rumah Tiko, Sudah Dipasang Pompa Air hingga Menunggu Pemasangan Listrik

"Hal ini tentunya berimbas pada mesin partai yang hanya berjalan sendiri tanpa dorongan dan dukungan dari calon-calon yang memiliki elektabilitas tinggi di masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, berbeda dengan Aep Saepudin Muhtar, pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Mada Sukmajati justru menyebutkan bahwa sistem proporsional tertutup lebih tepat untuk diterapkan dalam Pemilu 2024, jika dibandingkan dengan sistem proporsional terbuka.

"Banyak ahli sudah mewanti-wanti kalau sebuah negara menyelenggarakan pemilu serentak maka pilihlah sistem yang paling sederhana, dan sistem tertutup ini adalah sistem yang sederhana dari sisi pemilih," ucapnya.

Baca Juga: Karangan Bunga Narasikan Ricky Rizal 'Berjihad', Pecinta Keadilan: RR Kamu Anak Baik

Mada menilai bahwa sistem proporsional lebih banyak memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan sistem yang tertutup. Secara teknis, sistem tertutup disebut lebih meringankan panitia pelaksana pemilu, pasalnya proses rekapitulasi suara dianggap lebih mudah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat