PIKIRAN RAKYAT – Jaksa Agung ST Burhanuddin menyoroti keadilan dalam vonis hukuman mati bagi terdakwa kasus pembunuhan berencana Brigadir J, Ferdy Sambo. Ia mengatakan ekspresi masyarakat yang menyelimuti bergulirnya kasus perlu dikaji sebab sifatnya sesaat dan belum tentu menjadi representasi sempurna.
Dari kacamatanya, sikap banding tidaknya jaksa perlu mempertimbangkan keadilan yang berkembang di masyarakat. Pertimbangan tersebut harus seimbang antara hati nurani dan logika hukum.
Kejaksaan Agung (Kejagung) melalui Burhanuddin menyampaikan bahwa opini publik tidak boleh ditelan mentah-mentah oleh instrumen penegak hukum.
"Tidak sedikit masyarakat menyampaikan ekspresinya seperti kecewa, puas, atau hanya sekedar menjadi pengikut, dan juga tidak sedikit di antara mereka membentuk fanbase," tutur dia, dikutip Minggu, 26 Februari 2023.
"Fenomena itu merupakan representasi dari keadilan masyarakat yang sesaat dan tentu perlu dikaji seberapa jauh dan banyak suara tersebut menjadi representasi keadilan substantif, terkadang tidak mewakili kata hati seluruhnya," katanya lagi.
Dia melanjutkan, demi menegakkan keadilan yang murni, jaksa harus mampu menggali nilai-nilai hukum dalam masyarakat, alih-alih terlalu saklek memandang peraturan perundangan sebagai satu-satunya pedoman.
“Sehingga penegakan hukum mampu beradaptasi dengan kebutuhan hukum masyarakat. Sebab, jaksa bukan cerobong undang-undang yang bersifat kaku, baku, dan membeku," ungkap ST Burhanuddin dalam keterangan Kapuspenkum Kejagung.
"Jaksa Agung sering mengimbau para jaksa untuk menggunakan hati nurani di setiap pengambilan keputusan dalam proses penegakan hukum, karena hati nurani tidak ada dalam buku. Gunakan kepekaan sosial saudara-saudara," ucap dia.