kievskiy.org

135 Orang Meregang Nyawa di Kanjuruhan, Jangan Biarkan Lenyap Tertiup Angin

Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022, yang mengakibatkan 135 nyawa melayang.
Tragedi Kanjuruhan pada Sabtu, 1 Oktober 2022, yang mengakibatkan 135 nyawa melayang. /Antara/Ari Bowo Sucipto

PIKIRAN RAKYAT - Kabut duka menyelimuti Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu 1 Oktober 2022 malam. Tangis kehilangan terpancar dari mata pencinta sepak bola, melepas kepergian Aremania yang meregang nyawa dalam Tragedi Kanjuruhan, usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan BRI Liga 1 2022-2023.

Selepas kejadian, Kapolda Jawa Timur Irjen Pol. Nico Afinta buka suara, mengungkapkan bahwa 127 orang meregang nyawa karena tragedi tersebut, dua di antaranya merupakan anggota Polri. Dia menuturkan, sekira 3.000 penonton dari 40.000 penonton yang hadir turun ke lapangan.

Petugas pengamanan dilaporkan melakukan upaya pencegahan dengan pengalihan agar suporter tidak mengejar pemain. Petugas akhirnya menembakkan gas air mata.

"Mereka pergi keluar ke satu titik, di pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak nafas, kekurangan oksigen," katanya, Minggu 2 Oktober 2022.

Baca Juga: Untuk Maneh, Urang, dan Sararea: Dulu Bahasa Sunda Egaliter

Pintu 13 Stadion Kanjuruhan menjadi saksi bisu peristiwa kelam dalam pertandingan sepak bola itu. Di lokasi tersebut banyak korban yang berjatuhan. Hal yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Ada orangtua yang tak berhenti menangis karena kehilangan anaknya, ada juga anak yang ditinggal orangtuanya karena menjadi korban meninggal dunia setelah menyaksikan Arema FC, kesebelasan yang selama ini mereka cintai.

Kembang ditaburkan peziarah, spanduk kehilangan bertebaran, mafela hingga jersey kebanggaan ditanggalkan. Menunjukkan luka dan duka yang begitu mendalam.

Lilin bernyala di setiap wilayah, doa menggema, salat gaib digelar pelbagai kelompok, melepas Aremania yang meregang nyawa. Tak sedikit suporter yang mendeklarasikan perdamaian.

Tangis kehilangan tak jua reda, jumlah korban terus bertambah, 135 orang dilaporkan meregang nyawa karena Tragedi Kanjuruhan, pertandingan berdarah yang menjadi salah satu bencana terburuk dalam sejarah sepak bola dunia. Tragedi tersebut bahkan menjadi tragedi dengan jumlah korban jiwa terbesar kedua di dunia setelah peristiwa yang terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru, kala Peru berhadapan dengan Argentina pada 1964.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat