kievskiy.org

Kebumen Lampaui Target WHO dalam Deteksi Dini Covid-19

PCR hingga Rapid test di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sudah melampaui angka nasional bahkan internasional.
PCR hingga Rapid test di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sudah melampaui angka nasional bahkan internasional. /Pikiran-rakyat.com/Eviyanti

PIKIRAN RAKYAT – Deteksi dini massal Covid 18 melalui tes swab, PCR hingga Rapid test di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah sudah melampaui angka nasional bahkan internasional, Hingga hari ini sudah mencapai angka lebih dari 45.000 jiwa atau sudah 3.45 persen.

Jumlah penduduk di Kebumen sekitar 1,3 juta, deteksi dini covid-19  sudah dilakukan terhadap lebih dari 45.000 orang, dengan rincian rapid test sebanyak 43.298 orang dan swab/PCR  2.384 orang.

"Kita sudah melebihi target WHO yakni 0.1 persen dari jumlah penduduk,  dengan capaian 45.000 orang deteksi dini yang sudah dilakukan Pemkab Kebumen sudah melebihi angka nasional bahkan internasional," kata Kepala Plt, Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen Teguh Ristianto, Rabu, 5 Agustus 2020.

Baca Juga: Orangtua Diminta Bersabar, Sekolah di Cimahi Belum Bisa Gelar Belajar Tatap Muka

 Hingga saat ini deteksi dini dengan swab/PCR  masih berlangsung, sekitar 300 orang per minggu. Sebenarnya bisa lebih namun karena kemampuan laboratorium swab yang terbatas maka pihaknya membatasi diri untuk mengejar target sebanyak-banyaknya.

Sebelumnya Wakil Bupati Kebumen Arif Sugianto mengatakan, deteksi dini sudah dilakukan sejak awal pandemik merebak di Jateng, Kebumen sempat  mengalami zero covid 19 dengan metode rapid test.

Mengenai anggaran, diakui, saat itu biaya untuk rapid kit antara Rp 135.000 - Rap 150.000 per orang, saat itu merupakan harga termurah. Untuk pengadaan rapid Pemkab Kebumen impor langsung tanpa melalui pihak ketiga. 

Baca Juga: Lelah Hadapi Komentar Negatif di Instagram, Inul Daratista Sebut Netizen TikTok Lebih Bahagia

Sehingga di Kebumen  mampu me rapid test sebanyak 43.298 orang dan saat ini dilanjut dengan swab atau PCR.

Untuk deteksi dini covid-19,  diakui anggaran cukup besar, anggaran untuk mengcover rapid test  tersebut selain dari APBD juga bantuan dari pemerintah pusat dan provinsi, BUMN seperti Pertamina.

 Pemkab juga melakukan penggalangan dana masyarakat,  donasi dari swasta hingga masyarakat Kebumen yang berada di perantauan.

Baca Juga: Semua Pemain Persib Jalani Rapid Test Jelang Latihan Bersama, Dokter Tim Beberkan Hasilnya

Teguh menambahkan, selain masyarakat.   Wakil Bupati Arif Sugiyanto merelakan gajinya  untuk membantu biaya  deteksi dini warga. Hingga saat ini anggaran dari masyarakat untuk penanganan covid sudah mencapai Rp 147.807.515.

Cokroaminoto Koordinator Gugus Tugas Penanganan Covid 19 menambahkan, dengan deteksi dini secara masif  Kabupaten  Kebumen sempat mengalami zero covid. Namun angkanya mengalami peningkatan setelah terjadi mudik besar besaran,  yakni pada saat sejumlah wilayah  zona merah memberlakukan pembatasan luar biasa (PLB). Kondisi ini berlanjut hingga Lebaran Idul Fitri bahkan  Idul Adha.

Hingga saat ini pasien positif covid tercatat 108 orang, dua orang meninggal, dan sebanyak 14 orang diisolasi serera 92 orang sembuh.

Baca Juga: Konfirmasi Positif Covid-19 di Sumedang Kembali Bertambah, Tambahan Kasus Muncul dari Wado

Karena sebagian besar pasien yang positif adalah para pendatang, berasal dari zona merah seperti Jakarta.  Namun dengan deteksi dini kasus corona dengan cepat langsung ditekan.

"Hasil evaluasi sebagian besar kasus corona di Kebumen adalah pendatang. Namun dengan deteksi dini, kasus covid tidak melebar ke mana mana, sebab langsung dilakukan penanganan," kata Cokro Aminoto.

Sedang jumlah pemudik yang pulang ke Kebumen sampai saat tercatat mencapai  77.395.

Baca Juga: Panji si Petualang Diserang Buaya Muara Saat Pemindahan dari Lembang Park and Zoo

Deteksi dini sudah dilakukan di semua pedagang pasar tradisional, tenaga kesehatan, perkantoran seperti kepolisian, tenaga pendidikan, kecamatan hingga semua kepala desa sudah di rapid dan swab. 

"Terakhir kita menemukan aparat kepolisian, petugas kesehatan, dan tenaga pendidik yang dinyatakan positif, semuanya OTG.  Mereka sedang menjalani karantina dan kondisinya sudah semakin membaik," tambahnya.

Sementara Dinas Kesehatan Cilacap menargetkan tes PCR untuk 6.000 orang,  hingga saat ini telah terlaksana 2.200 orang sedang sebanyak 1.500 orang masih dalam proses.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Cilacap Pramesti Griana Dewi mengatakan pihaknya telah menyelenggarakan tes PCR untuk 2.200 orang pada tahap pertama dan kedua. Sementara untuk tahap ketiga saat sekarang, masih berjalan dengan target sebanyak 1.500 orang. "Secara keseluruhan, kami akan mengadakan tes PCR untuk 6 ribu orang di wilayah Cilacap. Tetapi sebelumnya, kami akan melakukan evaluasi dalam pelaksanaan tahap ketiga sekarang," jelasnya.

Pramesti mengatakan bahwa sesuai dengan standar WHO, pelaksanaan tes PCR sebanyak 0,1% dari jumlah penduduk. "Jika di Cilacap jumlah
penduduknya sebanyak 1,9 juta, maka sebetulnya tes PCR hanya 1.900 saja.

Meski demikian, pemkab menargetkan sampai 6 ribu orang. Dalam tes PCR, kami memprioritaskan orang-orang yang potensial terpapar," lanjut Pramesti.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat