kievskiy.org

Gelar Upacara Bendera dan Kritisi Impor, Petani Kebasen Banyumas: Kami Belum Merdeka!

Usai upacara, sejumlah kaum ibu yang memainkan Gubrak Lesung.
Usai upacara, sejumlah kaum ibu yang memainkan Gubrak Lesung. /Pikiran-rakyat.com/Eviyanti

PIKIRAN RAKYAT - Banyak cara mengungkapkan nasionalisme  di hari kemerdekaan, di Desa Mandirancan, Kecamatan Kebasen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. 

Uniknya upacara bendera memperingati HUT ke-75 RI digelar di tengah sawah, digelar di sela-sela panen, dan ritual tradisi petani "Gubrak Lesung".

Upacara ini digelar bukan untuk sensasi. Namun memiliki tujuan agar warga desa tetap memiliki kebanggaan sebagai petani, meski  petani harus menghadapi kemarau, hama tanaman, bencana hingga menjadi korban keputusan politik.

Baca Juga: Digelar Terbatas, Upacara HUT Ke-75 RI di Kota Cimahi dengan Protokol Kesehatan Ketat

Namun petani tetap setia dengan pekerjaan yang seringkali merugikan.
 
 Para petani dan ibu petani pada Upacara HUT ke-75 RI Indonesia sengaja memakai pakaian baru dan bergembira di tengah wabah corona yang membatasi berbagai aktifitas di hari  kemerdekaan.

Meskipun tidak terbiasa mengikuti upacara bendera, para petugas dapat menjalankan dengan baik.

Baca Juga: Raih Podium ke-2 di MotoGP Austria, Prestasi Tertinggi Joan Mir di Sirkuit Red Bull Ring

Upacara di tengah area persawahan ini sengaja digelar sebagai bentuk penghormatan para petani kepada para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan.

"Selain itu kebetulan di area persawahan ini sedang memasuki masa panen, yang Alhamdulillah hasilnya memang kurang menggembirakan karena kemarau, namun harganya agak lumayan bagus jadi sedikit terbantu. Jadi, ini sebagai rasa syukur kami kepada Allah atas hasil panen dan sekaligus memperingati kemerdekaan," kata Solihun petani setempat. 

Tidak hanya petani yang ikut memeriahkan upacara kemerdekaan, tapi juga kelompok seniman.  Upacara detik-detik proklamasi diikuti total kurang lebih 60 peserta yang terbagi dalam tiga kelompok.

Baca Juga: 3 Zodiak yang Diprediksi Kurang Beruntung Minggu Ini, Ada Masalah dalam Hubungan Scorpio

Yakni  kelompok petani Kalibacin sebanyak 20 orang, Kelompok Macapat Pengastawa 15 orang, ibu-ibu kelompok Gubrak Lesung Pangastuti sebanyak 25 orang

Sebelum upacara dimulai, petani panen untuk membuka lahan sawah untuk lokasi upacara. Kemudian  petani mempersiapkan diri mengikuti upacara bendera.

Sementara para kaum ibu yang memainkan Gubrak Lesung. Para petani ingin merayakan kemerdekaan secara berbeda dimana mereka menggelar upacara bendera sekaligus bermain musik  klotekan dari lesung kayu.

Baca Juga: Kombinasi Herbal Asli Indonesia Telah Diuji Klinis ke Pasien Covid-19 di Wisma Atlet, Ada Dua Produk

Para ibu bernyanyi macapat dan bermain gubrak lesung dimana lagunya adalah terjemahan dari quran yang menjadi tembangan seperti, Asmarandana.

Koordinator acara, Nasirun Wijaya mengatakan, upacara yang digelar para petani karena mereka memiliki hati pejuang sekaligus pesan untuk kemerdekaan.

"Kemerdekaan bukan hanya para pejuang yang angkat senjata, tetapi para petani juga pejuang, prajurit dibantu para petani, tidak mungkin bisa bergerilya berhari hari hari tanpa bantuan logistik dari petani," jelasnya

Petani menurutnya adalah faktor yang juga ikut membantu dan menentukan kemerdekaan bagi Indonesia. Namun  para petani sampai saat ini masih susah dan belum merdeka sepenuhnya. Sebagian besar mereka hidup dibawah garis kemiskinan.

"Ketika sedang butuh pupuk, harganya tinggi, ketika panen datang, impor juga datang, petani belum merdeka. Mereka tidak bisa menentukan harga, petani masih berjuang dan masih belum sepenuhnya merdeka," tandasnya.

Sementara itu Ketua Paguyuban Tani, Sudirno (72) berharap di momen HUT ke-75 Kemerdekaan RI ini kesejahteraan petani dapat lebih diperhatikan.

Sawah di Desa Mandirancan sebagian besar adalah sawah irigasi tradisional sehingga ketika kemarau sawah kering.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat