kievskiy.org

Mengenal Antraks, Penyakit Akibat Bakteri Mematikan yang Merebak di Gunung Kidul

Ilustrasi sapi kurban. Kementan perintahkan kader zoonosis di setiap daerah untuk cegah kasus antraks terulang.
Ilustrasi sapi kurban. Kementan perintahkan kader zoonosis di setiap daerah untuk cegah kasus antraks terulang. /Pixabay/ulleo

PIKIRAN RAKYAT - Merebaknya wabah antraks di Gunung Kidul, Yogyakarta memberikan kewaspadaan bagi masyarakat Indonesia. Simak sejumlah informasi terkait betapa berbahayanya penyakit menular dari hewan yang menyimpan bakteri Bacillus anthracis itu.

Antraks dengan bakteri Bacillus anthracis mampu membuat spora tidak aktif yang hidup di dalam tanaman, tanah, atau air sebelum suatu waktu aktif dan mengganas.

Fakta dari laporan Pemerintah Australia Barat mengatakan bahwa bakteri Bacillus anthracis mampu hidup di dalam tanah hingga 50 tahun, sedangkan di tulang hewan ternak yang mati akibat antraks mampu hidup mencapai dua abad.

Nantinya, bakteri antraks yang sempat tidak aktif dapat terpicu untuk menyebar saat kandungan spora dalam tanah diganggu. Faktor cuaca juga memengaruhi terjadinya dorongan spora ke permukaan tanah.

Baca Juga: Kasus Antraks Merebak Pesat di Gunung Kidul, Ahli Peternakan UGM Minta Tradisi Brandu Dihentikan

Akhirnya, permukaan tanah yang memiliki spora dari bakteri antraks dapat berpindah cepat jika ada kumpulan hewan ternak yang digembalakan.

Spora antraks juga dapat aktif saat dilakukan penggalian terhadap bangkai hewan ternak yang sudah dikubur dalam tanah.

Sejumlah hewan ternak yang biasa dikonsumsi masyarakat, seperti sapi, domba, kambing, kuda, dan bison adalah golongan sangat rentan terhadap antraks.

Sejumlah burung dan babi disebut lebih tahan terhadap antraks, tetapi anjing dan kucing yang hidup di peternakan harus dijauhkan dari bangkai hewan ternak.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat