kievskiy.org

Satu Tahun Tragedi Kanjuruhan dan Jalan Terjal Memperjuangkan Keadilan: Hukum Mati, Nyawa Dibalas Nyawa!

Suporter Borussia Dortmund beri dukungan kepada korban peristiwa Tragedi Kanjuruhan.
Suporter Borussia Dortmund beri dukungan kepada korban peristiwa Tragedi Kanjuruhan. /Instagram/schwatzgelbde

PIKIRAN RAKYAT - Keluarga korban Tragedi Kanjuruhan sampai saat ini masih memperjuangkan keadilan atas kepergian orang-orang yang mereka cintai. Hukuman penjara bagi para pelaku pun dinilai tak sepadan, dengan ratusan nyawa yang melayang dalam kerusuhan.

Seperti Cholifatul Nur (40) dan Devi Athok Yulfitri (44), yang masih mengharapkan keadilan untuk anak-anak mereka. Bahkan dalam memperjuangkan keadilan itu, mereka menghadapi jalan terjal dengan ancaman hingga percobaan pembunuhan.

“Rumah didatangi orang tak dikenal, saya pernah ditabrak mobil di depan rumah,” ucap Devi Athok Yulfitri, Sabtu 30 September 2023.

Baca Juga: Cak Imin Percaya Diri di Tengah Gempuran Isu Dua Poros di Pilpres 2024: AMIN Sangat Senang

Ancaman serupa juga pernah dialami Cholifatul Nur. Ban mobilnya dilumuri oli dan stempet, yang diduga untuk menyelakai dirinya.

“Seseorang berpakaian hitam, bersepeda motor hitam hampir menabrak. Beruntung saya lolos,” ujarnya.

Cholifatul Nur kehilangan putra semata wayangnya, Jovan Farellino Yuseifa Pratam Putra (15). Sedangkan Devi Athok Yulfitri kehilangan dua putrinya, Natasya Devi Ramadhani (16) dan Naila Debi Anggraini (13).

Mereka adalah keluarga korban Tragedi Kanjuruhan yang selama ini lantang dan vokal menyuarakan keadilan. Mereka menuntut para pelaku dihukum berat.

“Hukum mati, nyawa dibalas nyawa,” kata Cholifatul Nur.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat