kievskiy.org

Penduduk Bandung Raya Sudah Lebih dari 7 Juta Orang, LRT Harus Direalisasikan

Ilustrasi LRT - Suasana di dalam gerbong LRT Jabodebek.
Ilustrasi LRT - Suasana di dalam gerbong LRT Jabodebek. /Pikiran Rakyat/Boy Darmawan

PIKIRAN RAKYAT - Rencana pembangunan proyek Light Rail Transit (LRT) di Bandung Raya bukan kali ini saja terdengar. Pada 2016, pembahasan serius mengenai LRT juga pernah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov Jabar). Bahkan, wacananya sudah dimulai jauh sebelum itu.

Belum lama ini, rencana tersebut muncul kembali setelah Penjabat Gubernur (Pj) Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyetujui pembangunan LRT Bandung Raya trase utara-selatan Kota Bandung sepanjang 15 kilometer, dari Babakan Siliwangi ke Leuwipanjang dengan asumsi biaya sekitar Rp11 triliun.

Guru Besar Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof Ade Sjafruddin memandang, rencana tersebut mutlak sudah harus benar-benar direalisasikan dalam waktu dekat. Pertimbangannya yakni jumlah penduduk metro Bandung yang sudah melebihi 7 juta orang, dengan kepadatan kegiatan yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Belum lagi, urbanisasi yang terus meluas ke berbagai wilayah di sekitarnya.

Baca Juga: Mendagri Tito Karnavian Copot Pj Walikota Cimahi Dikdik S Nugrahawan

“Dengan kondisi pertambahan penduduk saat ini dan kepadatannya yang sangat tinggi, keberadaan angkutan umum massal berbasis rel sudah sangat krusial untuk dibangun, sehingga bisa menjadi tulang punggung transportasi kota,” kata Ade kepada Pikiran-Rakyat.com.

Angkutan umum massal lain seperti commuter line, bus, angkutan kota, tetap diperlukan sebagai feeder. Akan tetapi, keberadaan angkutan umum massal berbasis rel akan sangat diperlukan untuk menampung kegiatan masyarakat dan mengurangi kemacetan lalu lintas.

Ade memandang, saat ini keberadaan commuter line Padalarang-Cicalengka, sudah tidak lagi bisa menampung kebutuhan masyarakat Bandung Raya terhadap mode transportasi massal. Kereta api tersebut hanya memiliki trek tunggal dan digunakan bersama dengan kereta api antarkota. Hampir semua perlintasannya juga sebidang dengan jalan, sehingga jika ditambah frekuensinya akan semakin menambah kemacetan lalu lintas.

“Lagi pula, commuter line itu tergolong kereta konvensional. Yang dibutuhkan sekarang adalah kereta dengan teknologi yang lebih maju, manuver yang lebih baik untuk perkotaan sehingga berakselerasi, operasional yang lebih efisien, serta memiliki daya angkut yang sangat tinggi,” ucap Ade.

Baca Juga: Asian Games 2023, Indonesia Panen Emas dari Cabor Balap Becak

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat