kievskiy.org

Dilema Demokrasi, Benarkah Kedaulatan Rakyat Hanya Ilusi?

Ilustrasi dikontrol oleh oligarki.
Ilustrasi dikontrol oleh oligarki. /Pixabay/mohamed_hassan

PIKIRAN RAKYAT - Lipson mendeteksi bahwa pasca-Perang Dunia II demokrasi telah mengalami pendewasaan dan pematangan yang demikian rupa dengan ditandai oleh semakin berkurangnya perbedaan-perbedaan prinsip mengenai penerapan konsep demokrasi di sejumlah negara.

Gejala ini terjadi di Amerika Serikat di mana perbedaan antara Partai Republik dan Demokrat semakin berkurang, seperti halnya juga antara Partai Buruh dan Konservatif di Inggris, dan Sosial-Demokrat dan Venstre-Konservatif di Denmark serta di negara-negara demokratis pada umumnya.

Gejala itu sekali lagi adalah sesuatu yang baik karena ia menunjukkan bahwa demokrasi semakin matang, dan ini melahirkan kesadaran masyarakat internasional bahwa sejauh ini memang tidak ada sistem lain yang sama baiknya atau lebih baik dari sistem demokrasi. Demokrasi telah berhasil mengatasi persoalan-persoalan tata kelola ekonomi; menghadirkan kesejahteraan; mengurangi bahkan menghilangkan diskriminasi berbasis rasial; menghilangkan sistem kelas, dan sebagainya.

Akan tetapi, gejala ini bukan tanpa (potensi) bahaya di masa depan. Kecenderungan bahwa partai-partai besar di banyak negara (yang selama ini berkompetisi secara tajam menunjukkan dirinya sebagai pilihan yang lebih baik bagi rakyat) semakin mirip satu dengan yang lainnya perlahan akan menegasikan konsep oposisi dalam praktik penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.

Baca Juga: Dinasti Politik Ancam Demokrasi, Peneliti: Pemilu Harus jadi Tonggak Penting

Sebuah tradisi berdemokrasi yang sebelumnya terbukti efektif dalam mengontrol penyelenggaraan pemerintahan dari kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan atau kesalahan-kesalahan manajemen pembangunan oleh pemerintah. Seperti sebuah ungkapan klasik, kaum oposisi pada dasarnya adalah para “advocatus diabolli”, “setan yang menyelamatkan”.

Dengan meminjam hasil pengamatan para ahli lain, Lipson mencemaskan bahwa gejala ini merupakan sinyal kemerosotan demokrasi. Kecenderungan semakin hilangnya perbedaan-perbedaan itu dari waktu ke waktu menurut Lipson akan melahirkan aliansi partai-partai secara permanen di parlemen dan menggantikan praktik sistem multipartai atau sistem dua partai.

Suatu kecenderungan aliansi yang dapat mengonsolidasikan partai-partai itu, sekaligus pada akhirnya menghadirkan rezim satu partai. Inilah dilema pertama dari perkembangan demokrasi, justru pada saat demokrasi sudah sampai pada tahapan pematangannya di abad dua puluh satu ini.

Dilema berikutnya dari demokrasi dalam kesimpulan Lipson bermuara pada tiga permasalahan sekaligus tantangan-tantangan yang lazim ditemui dalam sistem pemerintahan demokrasi berikut ini; Pertama, adanya kecenderungan tirani oleh mayoritas (tyranny of majority). Kedua, sistem demokrasi cenderung menempatkan orang-orang bodoh ke dalam tampuk kekuasaan (the leadership of ignorant). Ketiga, adanya kecenderungan bahwa yang berkuasa sesungguhnya hanyalah sekelompok kecil oligarki (a small group actually rules).

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat