kievskiy.org

Jaga Kecerdasan Jelang Pilpres, Jangan Sampai Diabetes Makan Janji Manis Capres

Ilustrasi Pemilu 2024.
Ilustrasi Pemilu 2024. /Antara/Andreas Fitri Atmoko

PIKIRAN RAKYAT - Menjelang Pilpres 2024, para pasangan calon (Paslon) Capres-Cawapres menggelar masa kampanye selama 75 hari. Selama itu pula, berbagai janji manis bertebaran di jalan melalui baliho, di lapangan dan stadion lewat orasi, hingga podcast.

Berbagai medium tampaknya tak akan luput dari taburan iming-iming para calon pemimpin negeri. Seperti konsumen cerdas, para pemilih juga harus cakap mengunyah bahasa iklan agar tak terserang 'diabetes' karena menelan banyak janji yang terlalu manis.

Selama masa kampanye, para kontestan Pilpres 2024 seakan memberikan angin surga lewat janji manis yang mengalir deras. Mulai dari iuran BPJS, BBM, makan siang gratis, angka kemiskinan dijanjikan turun drastis, menciptakan 17 juta lapangan kerja baru, hingga berbagai kemudahan layanan publik.

Jika semua janji manis itu dirangkum, mungkin akan tercipta surga dunia di Indonesia. Bahkan, negarawan Uni Soviet Nikita Sergeyevich Khrushchev pernah menggambarkan betapa mengada-ada janji politik itu.

"Politikus itu di mana-mana sama. Mereka berjanji membangun jembatan, meskipun tidak ada sungai di sana," katanya.

Setiap janji berkorelasi dengan penganggaran dan cara pendanaan. Bila banyak yang dijanjikan gratis, dari mana sumber pendanaannya? Dana APBN bukanlah warisan nenek moyang yang boleh dihambur-hamburkan, melainkan harus dibelanjakan dengan memenuhi prinsip akuntabilitas karena salah satu sumbernya berasal dari pajak yang dibayarkan oleh masyarakat.

Janji kampanye merupakan uji kejujuran pertama bagaimana calon pemimpin layak dipercaya. Para peserta kontestasi pilpres seharusnya menyadari betapa mahalnya harga kepercayaan.

Pilih-Pilih Pemimpin

Kualitas kehidupan seseorang merupakan tanggung jawab masing-masing pribadi. Namun dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, memilih pemimpin yang tepat menjadi tanggung jawab bersama demi Indonesia.

Pemimpin cakap yang mampu mengelola pemerintahan secara profesional dan menciptakan birokrasi bersih akan mempermudah warga dalam mencapai kualitas hidup yang baik. Seperti berbelanja, dalam memilih pemimpin juga harus jeli mengenali 'barang' berkualitas tanpa terpengaruh gegap gempitanya iklan yang berseliweran.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat