kievskiy.org

Penjualan Turun 60 Persen karena Boikot Israel, Pengusaha: Saya Itu Beri Gaji Orang-Orang Muslim

Ilustrasi aksi boikot produk atau perusahaan terafiliasi penjajah Israel.
Ilustrasi aksi boikot produk atau perusahaan terafiliasi penjajah Israel. /Pixabay/ Paolo Trabattoni

PIKIRAN RAKYAT - Ulama tafsir Al-Quran, Prof Muhammad Quraish Shihab, menoyoti perkembangan konflik Israel-Palestina yang telah meningkat dalam sebulan terakhir. Dalam tanggapannya, ia memberikan pandangan tentang tindakan yang dapat diambil oleh masyarakat Indonesia sebagai dukungan kepada saudara-saudara di Palestina yang menerima perlakuan tidak manusiawi dari penjajah Israel.

Aksi boikot produk yang diduga berafiliasi dengan Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina rupanya memberikan dampak yang juga dirasakan oleh para pengusaha. Dalam tayangan video di akun Youtube Bayt Al-Quran pada Rabu 15 November 2023, Prof Quraish Shihab menekankan pentingnya doa sebagai langkah pertama yang dapat diambil oleh masyarakat. "Apa yang bisa kita lakukan? Mau ke sana bawa senjata? Gak usah! Yang pertama, yang paling gampang, yang paling gampang kita doa," ujarnya.

Prof Quraish Shihab juga merespons anjuran 'boikot' yang dikeluarkan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ia menyampaikan kisah seorang pengusaha yang datang kepadanya, mengeluh bahwa bisnisnya mengalami penurunan penjualan akibat anjuran boikot padahal pengusaha tersebut harus menghidupi karyawan-karyawannya yang kebanyakan beragama Islam.

"Pak Quraish, saya diboikot, 60 persen penjualan saya menurun. Saya itu beri gaji orang-orang Muslim. Bahan-bahan yang saya buat itu dari bahan-bahan yang ada dalam negeri, apa saya juga harus diboikot?" kata Prof Quraish, mengisahkan.

Baca Juga: Fatwa MUI dan Dilema Konsumen: Antara Boikot Produk Penjajah Israel dan Ketergantungan Sehari-hari

“Bagaimana? Ini kan problem. Jadi mestinya yang kita boikot itu, saya katakan: kita harus berpikir. MUI yang mengeluarkan fatwa itu harus berpikir menentukan, ini yang kita boikot, ini tidak," ungkap Prof Quraish.

Ia menyoroti pentingnya kebijakan boikot yang cerdas dan selektif, agar tidak merugikan bisnis yang tidak terlibat dalam dukungan terhadap Israel.

Prof Quraish menegaskan bahwa daftar produk yang harus dibuat oleh MUI perlu diperinci dan diperjelas agar masyarakat dapat membuat keputusan yang bijak. Ia menekankan bahwa sementara boikot diperlukan, masyarakat juga perlu mempertimbangkan risiko dan kerugian yang mungkin terjadi.

"Memang pasti ada kerugian. Tetapi itulah risikonya berjuang. Orang di sana itu mati. Bayangkan itu, ibu-ibu, anaknya, cucunya, mati bergelimpangan di jalan. Perjuangan. Di mana solidaritas kemanusiaan kita? Saya tidak berkata solidaritas keislaman kita, manusia," pungkasnya.

Dalam pandangannya, Prof Quraish Shihab menekankan pentingnya pemilihan boikot yang bijak, mengutamakan tujuan kemanusiaan dan keadilan, sambil memahami risiko dan konsekuensinya.***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat