kievskiy.org

TKN Tuding Cak Imin Tak Paham Geopolitik: Beli Senjata Enggak Seperti Beli Mi

Wakil Komandan Echo (Hukum dan Advokasi) TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, Habiburokhman (tengah).
Wakil Komandan Echo (Hukum dan Advokasi) TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, Habiburokhman (tengah). /Pikiran Rakyat/Asep Bidin Rosidin

PIKIRAN RAKYAT - Wakil Komandan Echo (Hukum dan Advokasi) TKN Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming, Habiburokhman menanggapi pernyataan calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin yang mempertanyakan kebijakan pemerintah lebih memilih membeli persenjataan daripada pengadaan alat pertanian padahal sedang tidak ada perang.

Habiburokhman menyebut Cak Imin tak memahami geopolitik dan geostrategis. Dia menjelaskan membeli persenjataan perang tidak mudah seperti belanja mi instan di pasar modern atau minimarket, karena pengadaan senjata membutuhkan proses perencanaan dan penganggaran yang matang.

"Itu menunjukkan ketidakpahaman Pak Muhaimin soal geopolitik dan geostrategis," kata Habiburokhman di kantor Bawaslu Jakarta Pusat, Rabu, 3 Januari 2023.

"Jadi kalau kita perang, kita perlu senjata. Beli senjata itu enggak seperti beli mi ke minimarket, ya kan. Ada duit belum tentu bisa beli," ucapnya menambahkan.

Baca Juga: Cak Imin Heran Negara Ngutang demi Beli Senjata: Kita Enggak Perang

Lebih lanjut Habiburokhman kembali mengingat pernyataan yang disampaikan wakil presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) saat debat calon presiden pada Pilpres 2014 lalu.

Pada momen tersebut, Jusuf Kalla menyebut tidak akan ada perang dalam waktu 20 tahun sampai 30 tahun ke depan. Namun, kenyataannya terjadi perang antara Rusia dan Ukraina serta perang Hamas dan Israel penjajah.

"Orang bilang enggak akan mungkin ada perang, ingat enggak? Pada debat capres dulu, Pak JK kalau enggak salah yang ngomong, 20 tahun ke depan, 30 tahun ke depan enggak akan ada perang di dunia. Meletus Ukraina, meletus Hamas dan Israel," tutur Habiburokhman.

Sebelumnya, Cak Imin mengaku heran dengan kondisi utang negara yang lebih banyak dimanfaatkan untuk berbelanja persenjataan perang. Padahal Indonesia sedang tidak berperang dengan negara mana pun. Menurutnya, pemerintah lebih baik fokus membeli alat-alat untuk menguatkan sektor pertanian.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat