kievskiy.org

Dirty Vote adalah Peringatan kepada Siapa Saja yang Hendak Melakukan Kecurangan

Film Dirty Vote, film dokumenter yang mencapai 13 juta views dalam dua hari.
Film Dirty Vote, film dokumenter yang mencapai 13 juta views dalam dua hari. /Instagram/@dandhy_laksono

PIKIRAN RAKYAT - Film dokumenter Dirty Vote mendapat perhatian dari pelbagai pihak. Pro-kontra mewarnai tayangnya film besutan Dandhy Dwi Laksono yang dibintangi ahli hukum tata negara Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari itu.

Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi Muhammad Ihsan Maulana berujar, Dirty Vote memanfaatkan data yang sudah beredar di publik, menunjukkan konflik kepentingan yang bisa berujung pada kecurangan dalam rangkaian pemilihan presiden. Film itu bisa menjadi bagian penting dalam pendidikan politik masyarakat.

"Tentu saja film ini merupakan peringatan kepada siapa saja yang hendak melakukan kecurangan, khususnya di tahapan pemungutan, penghitungan, dan rekapitulasi hasil," tutur dia, "berkaca dari film tersebut, tahapan pemungutan, penghitungan, dan rekapitulasi hasil selalu menjadi tahapan paling rawan. Ini merupakan tahapan krusial dalam pemilu"

Dia berujar, bila tak ada perbaikan dari netralitas penyelenggara negara dan penyelenggara pemilu tidak berbenah dari aspek teknis dan pengawasan pemilu, masalah tersebut akan berulang.

Bukan upaya menjatuhkan

3 ahli hukum tata negara selaku pemeran utama film Dirty Vote, yaitu Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.
3 ahli hukum tata negara selaku pemeran utama film Dirty Vote, yaitu Zainal Arifin Mochtar, Bivitri Susanti, dan Feri Amsari.

Dirty Vote, kata dia, tidak tergolong kampanye ataupun upaya menjatuhkan pasangan capres-cawapres tertentu. Ihsan tak setuju dengan anggapan bahwa film dokumenter berisi hoaks atau informasi yang keliru.

Film yang sudah menembus 13 juta views dalam dua hari itu merangkum dan menggambarkan dugaan kecurangan pemilu secara baik dan mudah dicerna pemilih. Menurutnya, Dirty Vote merupakan gambaran keresahan publik terhadap tahapan penyelenggaraan pemilu yang diwarnai dengan konflik kepentingan, potensi kecurangan, melawan aturan hukum kepemiluan yang sebetulnya selama ini sudah diadvokasi oleh kelompok masyarakat sipil.

"Rasanya terlalu berlebihan jika film ini dituduh sebagai propaganda. Apa yang disampaikan merupakan informasi publik terbuka, hasil dari kerja jurnalistik, dan putusan pengadilan," tutur dia.

Siapa di balik Dirty Vote?

Dirty Vote dibuat oleh Watchdoc, disutradarai oleh Dandhy Laksono, yang juga merupakan sutradara Sexy Killers. Film dokumenter berdurasi sekira 2 jam itu menarik perhatian publik, dalam dua hari film itu mencapai 13 juta views.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat