kievskiy.org

Dirty Vote Seharusnya Dilawan dengan Film Dokumenter atau Narasi Berbasis Bukti yang Sama

Film Dirty Vote, film dokumenter yang mengungkap kecurangan Pemilu 2024,  tembus 13 juta views dalam dua hari.
Film Dirty Vote, film dokumenter yang mengungkap kecurangan Pemilu 2024, tembus 13 juta views dalam dua hari. /Instagram/@dhandy_laksono

PIKIRAN RAKYAT - Pro-kontra film dokumenter Dirty Vote tak ada habisnya. Hingga dua hari tayang dan mencapai 13 juta views, film besutan sutradara Dandhy Dwi Laksono itu terus menjadi perbincangan.

Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka menilai, terdapat fitnah dalam film Dirty Vote. Sedangkan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menilai, film dokumenter tersebut merupakan bentuk kampanye hitam.

Sementara itu, Pakar Ilmu Komunikasi dari Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Prof. Masduki menilai, Dirty Vote memberikan informasi penting pemilu yang selama ini luput diberitakan media massa, terutama media penyiaran publik yang dibiayai anggaran negara. Di negara lain, lembaga penyiaran publik menjadi rujukan masyarakat karena menyediakan informasi komprehensif, baik yang edukatif maupun investigatif.

Menurutnya, seharusnya film semacam Dirty Vote tidak keluar dari lembaga alternatif seperti Watchdoc. "Kalau selalu Watchdoc yang membuat laporan seperti ini, berarti ada yang salah dari lembaga penyiaran yang dibiayai publik, yang ternyata tidak memainkan perannya terhadap publik, yaitu membangun sikap kritis masyarakat," kata dia.

Walakin, di sisi lain kemunculan film dokumenter itu menunjukkan bagaimana sikap elite politik dalam menyikapi hasil kerja akademis maupun jurnalistik. Dia menilai, tuduhan kubu Prabowo-Gibran yang menyebut Dirty Vote merupakan fitnah dan propaganda memperlihatkan sisi buruk budaya politik elektoral Indonesia.

"Film dokumenter seperti ini seharusnya dilawan dengan film dokumenter atau suatu narasi berbasis bukti faktual yang sama. Dalam konteks Dirty Vote, pihak yang dikritik justru melakukan blaming (menyalahkan) dan membuat framing negatif berbasis pernyataan," tutur dia.

"Dalam gerakan sosial, itu merupakan perlawanan balik dengan kekerasan verbal, tidak dengan cara yang setara dengan metode akademis maupun produksi konten media. Ini tidak mendidik dan tidak sehat dalam kultur politik," katanya lagi, seperti dilaporkan BBC News Indonesia.

Tak ada di kolom pencarian YouTube

Pencarian Dirty Vote di YouTube.
Pencarian Dirty Vote di YouTube.

Film Dirty Vote tak ada di kolom pencarian YouTube. Di X (dulunya Twitter), netizen bahkan banyak yang menanyakan tautan untuk bisa menonton film dokumenter besutan sutradara Sexy Killers itu, mengeluhkan bahwa Dirty Vote sulit dicari di YouTube, bahkan setelah beberapa jam film itu tayang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat