PIKIRAN RAKYAT - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan angat bicara soal film dokumenter Dirty Vote. Menurutnya, film dengan durasi lebih dari 2 jam tersebut sarat akan kebohongan.
Bagi Luhut, apa yang disajikan Dirty Vote berisi banyak kebohongan. Apalagi, menurutnya, film tersebut diproduksi oleh pihak yang sama membuat film Sexy Killers di tahun 2019.
"Itu yang membuat film Dirty Vote itu kan sama juga yang membuat (film) 'Sexy Killers' ya 2019. Ternyata diurai banyak bohongnya," tutur Luhut Binsar menjelaskan.
Ia pun menyanyangkan keluarnya film seperti itu. Apalagi keluarnya bertepatan dengan masa tenang Pemilu 2024.
"Jadi sayang juga sebenarnya kita menebar kebohongan," kata Luhut.
Luhut juga secara tegas membantah jika di Pemilu 2024 ini ada kecurangan. Ia menyebutkan penyelenggara Pemilu sudah melakukan pengawasan yang ketat.
"Siapa sih sekarang mau curang? Semua saling ngawasin kok. Ya kan? Saling mengawasi. Jadi ya, kecurangan itu hampir tidak ada lah," tuturnya.
Adapun "Dirty Vote" merupakan film yang disutradarai oleh jurnalis senior Dandhy Dwi Laksono di bawah rumah produksi Watchdoc. Film dirilis di YouTube pada 11 Februari 2024, persis tiga hari menjelang Pemilu 2024 yang mengungkapkan adanya sejumlah dugaan kecurangan dalam proses Pemilu 2024.
Sedangkan di sisi lain, Sexy Killers" merupakan film dokumenter yang dirilis pada 2019 lalu oleh sutradara yang sama Dandhy Laksono. Film "Sexy Killers" mengungkap keberadaan elite politik dan jenderal TNI di balik kepemilikan tambang batu bara serta operasional PLTU di Indonesia.
Sutradara film dokumenter "Dirty Vote" Dandhy Laksono sendiri menyatakan film yang dipandu oleh tiga pakar hukum tata negara yakni Bivitri Susanti, Zainal Arifin Mochtar, dan Feri Amsari merupakan bentuk edukasi untuk masyarakat yang pada 14 Februari 2024 menggunakan hak pilihnya dalam Pemilu 2024.