kievskiy.org

Ambisi Prabowo-Bongbong Jadi Presiden, Jokowi-Duterte Pertahankan Kekuasaan, dan Retaknya 'Perkawinan'

Presiden Filipina Bongbong Marcos dan Capres Indonesia Prabowo Subianto.
Presiden Filipina Bongbong Marcos dan Capres Indonesia Prabowo Subianto. /Reuters/Ezra Acayan dan Antara/Dhemas Reviyanto

PIKIRAN RAKYAT - Di tengah berbagai kontroversi, Prabowo Subianto dan Bongbong Marcos sama-sama memendam ambisi duduk di istana kepresidenan. Keduanya sudah kenyang menelan kekalahan.

Prabowo Subianto pertama kali membidik kursi istana pada Pemilu 2009 lalu, dengan menjadi cawapres untuk Megawati Soekarnoputri. Pada Pilpres 2014 dan 2019, dia maju menjadi capres, tetapi lagi-lagi kalah dari Jokowi.

Sementara itu, Bongbong Marcos pertama kali mencalonkan diri sebagai wakil presiden dalam pemilu 2016. Di Filipina, pemilihan presiden dan wakil presiden dilakukan terpisah.

Kala itu, Bongbong Marcos kalah tipis dari cawapres Leni Robredo. Politikus perempuan itulah yang akhirnya menjadi wapres pada masa kepresidenan Rodrigo Duterte.

Karena pemilihan presiden dan wakilnya terpisah, wapres di Filipina bisa menjadi oposisi dari presidennya, seperti Leni Robredo terhadap Rodrigo Duterte. Namun ada kalanya, capres dan cawapres berkampanye bersama sebagai pasangan, walau pemilihannya tetap dilakukan secara terpisah.

Dalam pemilu berikutnya pada 2022, Bongbong Marcos memilih untuk menyatukan kekuatan dengan putri Duterte, Sara Duterte, sebagai cawapres. Layaknya Jokowi di Indonesia, Rodrigo Duterte juga disebut-sebut ingin melanggengkan kekuasaannya dengan mencalonkan Sara sebagai cawapres.

Berkat popularitas Rodrigo Duterte yang juga masih menjulang, Sara pun keluar sebagai pemenang dengan perolehan suara gemilang di angka 61,53 persen. Suara Bongbong Marocs juga disebut-sebut terdongkrak karena popularitas Duterte, walau pada akhirnya raihan suaranya lebih kecil dari Sara, yaitu 58,77 persen.

Kampanye Bongbong dan Sara yang sangat ramah anak muda, dengan berbagai gimik di media sosial, juga dianggap sebagai salah satu faktor kunci kemenangan mereka. Kendati demikian, sejumlah pengamat sebenarnya sudah mewanti-wanti bahwa Bongbong Marcos masih punya naluri otoriter.

Benar saja, Bongbong Marocs mulai menunjukkan jati dirinya. "Bulan madu" perkawinan kedua dinasti itu pun tak bertahan lama.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat