kievskiy.org

Santri di Kediri Meninggal Akibat Dianiaya Senior, Keluarga Awalnya Diberi Kabar Jatuh di Kamar Mandi

Ilustrasi korban meninggal.
Ilustrasi korban meninggal. /Pixabay/Soumen82hazra

PIKIRAN RAKYAT – Santri asal Banyuwangi, BM (14) meninggal dunia saat tengah menimba ilmu di Pesantren Al Hanifiyah, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Kabar awal dari pihak pesantren menyebutkan bahwa korban meninggal karena jatuh terpeleset di kamar mandi.

Kejadian meninggalnya santri tersebut viral di media sosial setelah keluarga korban curiga dengan kondisi jenazah. Pihak keluarga mendapati kondisi tubuh santri tersebut alami memar hingga wajah membengkak.

Santri tersebut diketahui meninggal dunia pada Jumat, 23 Februari 2024. Keluarga lantas melaporkan kasus tersebut keesokan harinya ke Polsek Glenmore, Banyuwangi pada Sabtu, 24 Februari 2024.

Aparat Kepolisian Resor Kediri Kota, Jawa Timur, kemudian melakukan penyelidikan atas meninggalnya santri tersebut. Usut punya usut, berdasarkan hasil penyelidikan polisi, diketahui bahwa BM meninggal karena dianiaya kakak kelasnya. Dari hasil olah tempat kejadian perkara dan pemeriksaan sejumlah saksi, polisi menetapkan empat orang tersangka yang merupakan senior korban.

Baca Juga: Rektor Universitas Pancasila Dinonaktifkan Buntut Kasus Dugaan Pelecehan Seksual

"Kasus ini terjadi di salah satu pondok pesantren di Mojo, Kabupaten Kediri. Kami tetapkan empat tersangka dan kami lakukan penahanan untuk proses penyelidikan lebih lanjut," kata Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji di Kediri, Senin, 26 Februari 2024.

Keempat tersangka itu yakni MN (18) asal Sidoarjo, MA (18) asal Kabupaten Nganjuk, AF (16) asal Denpasar Bali, dan AK (17) asal Surabaya. Sedangkan korban berinisial BM (14), yang merupakan adik kelas para pelaku.

Korban merupakan santri asal Afdeling Kampunganyar, Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi.

Dari keterangan polisi, korban diketahui dianiaya secara berulang-ulang oleh para tersangka. Motif penganiayaan itu karena dugaan kesalahpahaman antara anak-anak tersebut sehingga menyebabkan kejadian penganiayaan berulang.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat