kievskiy.org

Cuaca Ekstrem akan Sering Terjadi di Perkotaan

Ilustrasi cuaca ekstrem.
Ilustrasi cuaca ekstrem. /Pixabay/AbelEscobar

PIKIRAN RAKYAT - Cuaca ekstrem menerjang beberapa wilayah di Indonesia belakangan ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menerangkan, cuaca ekstrem beberapa pekan terakhir berpotensi besar terjadi di wilayah Indonesia bagian selatan, mulai dari Lampung, Pulau Jawa dan Bali, serta Nusa Tenggara.

Potensi cuaca ekstrem tersebut bakal terjadi pada periode peralihan musim hujan ke musim panas atau pancaroba. Estimasi berlangsung dari Maret sampai April 2024.

Meteorologis dari Institut Teknologi Bandung Nurjanna Joko Trilaksono bilang, tidak ada yang luar biasa dari cuaca ekstrem di sejumlah wilayah. Hal itu sangat bergantung dari pertumbuhan awan Cumulonimbus. Semakin besar pertumbuhannya, maka bakal membawa risiko petir, angin kencang, hujan lebat, sampai hujan es.

"Jadi sebenarnya, ketika awan Cumulonimbus ini bisa tumbuh dan berkembang di wilayah kita, maka risiko-risiko tadi pasti ada," tutur dia menerangkan.

Membentuk awan Cumulonimbus

Ilustrasi cuaca ekstrem.
Ilustrasi cuaca ekstrem.

Joko bilang, saat ini matahari memang sedang mulai mendekati garis ekuator, tetapi posisinya sekarang sedang cukup membuat wilayah Jawa Barat dan selatan Indonesia pada umumnya menghangat. Sehingga, uap air terangkat dan membentuk awan Cumulonimbus.

Menurut dia, hal tersebut tentunya memberikan pemanasan optimal di wilayah Bandung dan sekitarnya. Joko pun tak menampik pengaruh pembangunan perkotaan di wilayah Bandung sudah menyumbang pertumbuhan awan itu lebih besar, lantaran dengan pembangunan dan hunian manusia, suhu yang berada di permukaan bakal menjadi lebih hangat, sehingga mendorong konveksi lebih besar.

"Tim kami lihat perbedaan suhu ini membuat aliran yang semakin kencang dan cepat. Pembentukan Cumulonimbus bisa sangat cepat," ujarnya, seperti dilaporkan BBC News Indonesia.

Cuaca ekstrem karena awan Cumulonimbus kemungkinan bakal sering terjadi di wilayah perkotaan Indonesia, lantaran wilayah itu identik dengan bangunan yang lebih banyak menyerap radiasi matahari yang diterima ketimbang yang dipantulkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat