kievskiy.org

Selisik Alasan di Balik Banyaknya Petani Berhenti Tanam Padi

Petani memisahkan padi dari kotoran dengan menggunakan bantuan angin di Kelurahan Tawaeli di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat 7 Oktober 2022.
Petani memisahkan padi dari kotoran dengan menggunakan bantuan angin di Kelurahan Tawaeli di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat 7 Oktober 2022. /Antara/Mohamad Hamzah

PIKIRAN RAKYAT - Berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2022, saban tahun 90.000 sampai 100.000 hektare sawah berubah fungsi. Alih fungsi sawah salah satunya terjadi di Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.

Petani mengubah sawahnya menjadi lahan jagung karena tingginya biaya produksi gabah. Namun, Ampek Nagari bukan satu-satunya wilayah, di Kecamatan Kembangbahu, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur juga sawah dikonversi menjadi lahan pertanian selain padi. Petani mengubahnya menjadi kebun tebu.

Pengajar di Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof. Dwi Andreas Santosa bilang, penurunan produksi gabah di Indonesia rata-rata mencapai 1 persen saban tahunnya. Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) itu menilai, penurunan tersebut konstan terjadi lantaran petani ogah terus-menerus rugi lantaran harga jual yang tak sebanding dengan biaya produksi.

"Selama 10 tahun terakhir, petani merasakan kerugian pada lima tahun di antaranya. Lalu buat apa mereka menanam padi? Itu yang membuat banyak dari petani berhenti menanam padi," kata dia.

Kerugian dipicu kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan konsumen daripada petani. Kata Dwi, ketimpangan itu terwujud dalam harga pembelian pemerintah untuk gabah kering panen yang dipatok lebih rendah ketimbang biaya produksi.

Saat ini, harga pembelian pemerintah gabah kering panen berada di Rp5.000 per kilogram. Biaya produksi petani pada 2022 mencapai Rp5.700 per kilogram. Lantaran ogah rugi, banyak petani yang tak mau bertransaksi dengan Bulog, sehingga konsekuensinya, Bulog mesti memenuhi kuota cadangan beras melalui skema impor.

"Dengan kapasitas gudang mereka sekarang, Bulog sebenarnya mampu menyimpan sekitar 3.000.000 ton beras atau 10 persen dari produksi gabah nasional," ucapnya, "namun 10 persen gabah nasional itu harus dibeli Bulog dengan harga yang wajar."

"Beras hasil penggilingan gabahnya lalu bisa mereka gunakan untuk mengintervensi pasar, terutama pada masa akhir tahun sampai awal tahun ketika harga beras cenderung naik. Idealnya seperti itu."

Produksi gabah anjlok

Petani di Desa Biyawak, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka tengah menjemur gabah.
Petani di Desa Biyawak, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka tengah menjemur gabah.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat