kievskiy.org

Beras SPHP Bulog Sama seperti Minyakita, Tak Mengatasi Permasalahan yang Ada

Warga menerima beras murah SPHP di Cimahi.
Warga menerima beras murah SPHP di Cimahi. /Pikiran Rakyat/Ririn Nur Febriani

PIKIRAN RAKYAT - Harga beras belakangan melambung tinggi. Masyarakat pun memanfaatkan keberadaan beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) dari Bulog, beras kategori medium itu dibandrol dengan harga Rp50.000 per lima kilogram.

Bulog mewajibkan mitranya di pasar dan ritel menjual beras itu sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan pemerintah. Penjualan beras dengan batas HET itu untuk membuat harga beras menjadi stabil.

Ketua Umum Serikat Petani Indonesia Henry Saragih menilai, beras SPHP merupakan solusi yang bersifat sementara dan tidak menyelesaikan akar persoalan beras. Beras SPHP serupa Minyakita, produk minyak goreng kemasan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan pada Juli 2022--program minyak goreng murah pemerintah untuk merespons harganya yang meroket. Minyakita dijual dalam satu harga Rp14.000 per liter.

"Program semacam ini populis. Pemerintah berusaha menutupi persoalan dengan program ini, tapi sebenarnya ini tidak mengatasi permasalahan yang ada," tutur dia.

Walakin, pandangan itu dibantah Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi. "Tidak ada alasan bantuan pangan bikin stok atau penyaluran SPHP jadi sulit."

Produksi gabah menurun

Petugas Kelurahan Warakas (kiri) mengecek data warga penerima saat penyaluran Bantuan Sosial (Bansos) Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di Warakas, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024.
Petugas Kelurahan Warakas (kiri) mengecek data warga penerima saat penyaluran Bantuan Sosial (Bansos) Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di Warakas, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa, 20 Februari 2024.

Henry menyebut, salah satu persoalan dari kelangkaan dan lonjakan harga beras adalah produksi gabah yang menurun. Produksi gabah itu anjlok lantaran faktor iklim seperti El Nino yang menyebabkan kekeringan dan El Nina yang meninggikan curah hujan dan potensi banjir di Indonesia.

Henry tak memungkiri adanya faktor alam yang disebut Presiden Joko Widodo memicu mundurnya masa panen awal 2024. Selain itu, penurunan produksi gabah juga dipicu melambungnya harga pupuk nonsubsidi, selama 2023, jatah pupuk subsidi juga berkurang.

Selain menurunnya produksi gabah, Henry menilai kelangkaan dan melambungnya harga beras disebabkan program bantuan pangan pemerintah sejak Maret 2023. Bukan cuma Henry, sebelumnya eks Menteri Perdagangan Thomas Lembong juga bilang, bantuan beras 10 kilogram untuk 22 juta keluarga menguras stok beras Bulog.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat