kievskiy.org

Nyonya Astini Penghilang Tiga Nyawa, Berutang dan Habisi Tetangganya

Ilustrasi. Nyonya Astini menghabiskan tiga nyawa tetangganya lantaran sakit hati saat ditagih utang.
Ilustrasi. Nyonya Astini menghabiskan tiga nyawa tetangganya lantaran sakit hati saat ditagih utang. /Pixabay/niekverlaan

PIKIRAN RAKYAT - Astini Sumiasih merupakan salah satu nama yang pernah menyita perhatian publik. Nyonya Astini, demikian nama bekennya, perempuan yang sudah menghilangkan nyawa dan memutilasi tiga korbannya.

Kasus Nyonya Astini terbongkar kala warga Kampung Malang Utara, Surabaya, Jawa Timur, digegerkan dengan potongan kepala yang terbungkus plastik pada 6 Februari 1996 di Sungai Wonorejo, lalu dilaporkan ke Polsek Tegalsari. Kabar menggemparkan itu sampai ke Agus Purwanto yang sudah dua hari kehilangan kakaknya, Puji Astuti, warga Kampung Malang.

Potongan kepala itu dibawa ke kamar jenazah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Agus lantas bertolal ke rumah sakit tersebut, mengidentifikasi potongan kepala yang ditemukan pada 6 Februari 1996 itu. Dia pun lantas mengenali bahwa potongan kepala itu merupakan kakaknya.

Upaya polisi pecahkan kasus temuan potongan kepala di Sungai Wonorejo

Ilustrasi pembunuhan.
Ilustrasi pembunuhan.

Pihak kepolisian lantas bergerak cepat berupaya memecahkan kasus temuan potongan kepala di Sungai Wonorejo itu dengan memanggil warga untuk diintai keterangan. Salah seorang warga yang memberi kesaksian bilang, sebelum Puji dikabarkan menghilang oleh keluarganya, melihatnya ke rumah Astini pada sore hari, sekira pukul 16.00 WIB.

Nyonya Astini lantas diamankan polisi. Mulanya dia mengelak sudah menghilangkan nyawa Puji, tetapi setelah diinterogasi dengan sejumlah pertanyaan, akhirnya mengaku sudah menghilangkan nyawa Puji lantaran jengkel dimaki dan dihina saat Puji menagih utang Rp20.000.

Bukan kali pertama Puji menagih utang kepada Astini. Namun, Astini selalu saja bilang tak punya uang. Sudah berulang kali Astini menyampaikan tak punya uang untuk membayar utang kepada Puji. Bahkan, untuk makan sehari-hari pun tidak punya.

Walakin, alasan kesekian kalinya Astini bikin Puji marah dan memaki hingga kata-kata kasar keluar dari mulutnya. Astini lantas mengajak Puji masuk ke rumahnya, berpura-pura mengambil uang. Namun, bukan uang yang diambilnya, si Nyonya ternyata mengambil besi panjang.

Kala itu, Puji dalam keadaan lengah. Astini menghantamnya dengan besi itu, sampai terkapar tak berdaya. Kepalannya nyaris hancur, darah mengalir. Kekejamannya tak berhenti begitu saja. Jasad Puji lantas dipotong-potong, dimasukkan ke sepuluh kantong plastik. Plastik-plastik itu dibuang dengan disebar ke beberapa tempat sampah dan sungai di wilayah kota berjuluk Kota Pahlawan itu.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat