PIKIRAN RAKYAT - Akhir-akhir ini Presiden Prancis, Emmanuel Macron tengah menjadi perbincangan publik.
Presiden termuda dalam sejarah Prancis itu menuai kritikan dan kecaman dari sejumlah pihak akibat pernyataan-pernyataan kontroversialnya.
Sementara itu, permasalahan yang berbuntut panjang ini diketahui muncul pada awal Oktober 2020 lalu.
Baca Juga: Digitalisasi BNI Sentuh 22 Juta Warga
Awalnya, Presiden berusia 42 tahun tersebut menyampaikan hal terkait ancaman radikal muslim di Prancis.
Sebagaimana diberitakan Pikiranrakyat-Depok.com dalam artikel "Agama Islam Dihina, Faisal Basri Desak Pemerintah Indonesia Kecam Emmanuel Macron", dirinya menuturkan bahwa kelompok radikal Islam memiliki tekad untuk mengubah nilai-nilai liberalisme dan sekularisme yang telah ada di negaranya.
"Ada kelompok radikal Islam, sebuah organisasi yang mempunyai metode untuk menentang hukum Republik dan menciptakan masyarakat secara paralel untuk membangun nilai-nilai lain," ujar Macron kala itu.
Baca Juga: Dihadapkan Dua Masalah, Warga Paris Lebih Peduli Covid-19 Dibanding Amukan Warga Muslim Sedunia
Tak berselang lama usai Macron bicara demikian, seorang guru sejarah bernama Samuel Paty (47) dipenggal di daerah Eragny pada 16 Oktober 2020 lalu.