kievskiy.org

Kurikulum Merdeka Dinilai Rumit, Guru di Majalengka Mengaku Ingin Cepat Pensiun

Ilustrasi sekolah dasar.
Ilustrasi sekolah dasar. /Pikiran Rakyat/ Vienasella Sriputri

PIKIRAN RAKYAT - Seorang guru SD di Majalengka mengaku ingin segera menjalani masa pensiun agar bisa bebas tugas untuk mengerjakan beragam administrasi sekolah yang dianggapnya semakin rumit apalagi harus mengerjakannya melalui aplikasi.

Dia merasa sudah tua dan setahun lagi menjalani masa pensiun sehingga merasa cara berpikirnnya mulai tumpul apalagi harus mengisi rapor anak dengan banyak penjelasan terhadap perkembangan anak didik di samping nilai.

Sebelumnya ketika mengisi buku rapor hanya mecantumkan nilai dan ditambah keterangan alakadarnya misalnya “tingkatkan lagi belajarnya” atau “pertahankan prestasinya” untuk anak yang pintar.

Dengan kurikulum 13 saja, guru sudah dipusingkan karena setiap anak didik harus terus diberikan evaluasi pelajaran apa yang kurang dan harus ditingkatkan, bagaimana cara meningkatkan prestasi belajarnya dan sebagainya.

Ari masalah kurikulum mah emang enya hayuh wae perubahan matak ripuh, ari nu geus kolot mah emang rada ripuh oge komo nu gaptek mah ku perkembangan teknologi teh, geus teu hayang mikir nu hese, ku barudak di sakola geus ripuh di imah sarua (kalau masalah kurikulum banyak perubahan yang membuat cape, kalau sudah tua mah memang sedikit memberatkan, apalagi tidak tau apa-apa dengan perkembangan teknologi, udah tidak mau berpikir yang susah, sama siswa di sekolah juga sudah cape ditambah di rumah juga),” ungkap salah seorang guru.

Karena gaptek dan sudah tidak ingin belajar teknologi serta inginnya yang mudah-mudah untuk mengerjakan administrasi sekolah saja, termasuk mengumpulkan syarat sertifikasi dia meminta pihak lain untuk mengerjakannya. Sebagai upahnya setiap pencairan sertifikasi dia memberikan honorarium sesuai nurani.

IT harus dikuasai guru

Berbeda dengan guru yang masih terbilang muda Rahmawati yang kini mengajar di SD Negeri Nunuk, ia ikut tes guru penggerak dan sudah beberapa bulan mengikuti pendidikan. Untuk menjadi guru penggerak harus mengikui seleksi selama dua kali.

Selama menjalani pendidikan diwajibkan menguasai IT, sebab semua tugas diunggah ke YouTube.

“Banyak guru yang tidak bersedia menjadi guru penggerak dan menjalankan kurikulum merdeka karena jadwal selama pendidikan cukup padat. Setelah menjalani pendidikan wajib menularkan ilmu yang diperolehnya selama pendidikan kepada guru lain. Jadi IT harus benar-benar dikuasai, tugas selama pendidikan juga sangat banyak,” kata Rahmawati yang saat mengikuti seleksi.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat