PIKIRAN RAKYAT – Simak penjelasan uranium kaitannya dengan nuklir, reaksi saat inti atom membelah menjadi dua atau lebih. Ternyata zat itu bisa berperan dalam upaya menghasilkan listrik bagi masyarakat.
Uranium bisa dipakai untuk membuat teknologi nuklir tersebut sehingga pemanfaatannya bisa untuk banyak orang. Meski begitu, ada risiko bagi teknologi tersebut berkaitan dengan pencemaran lingkungan dan kelestarian alam.
Apa itu uranium?
Uranium adalah unsur dalam tabel periodik yang memiliki nomor atom 92. Unsur ini ditemukan dalam sejarah relatif terlambat sehingga dikelompokkan dalam unsur khusus yang disebut “aktinida” bersama Aktinium, Torium, Protaktinium, Neptunium, Plutonium, Amerisium, Kurium, Berkelium, Kalifornium, Einsteinium, Fermium, Mendelevium, Nobelium, dan Lawrensium.
Sifat aktinida adalah ‘radioaktif’ yakni meluruh seiring waktu dan dalam prosesnya akan bisa melepaskan energi. Dilansir dari laman Badan Energi Atom Internasional (IAEA), sifat uranium tersebut menjadikannya sumber bahan bakar utama reaktor nuklir, ukuran zat itu sebesar telur ayam bisa menghasilkan listrik sebanyak 88 ton batu bara.
Kandungan unsur itu ternyata 500 kali lebih banyak dari emas. Kita bisa menemukannya di banyak tempat seperti batuan, tanah air, atau pada tubuh meski unsur itu tampak langka. Unsur itu juga bisa ditemukan di lautan dalam kondisi sangat encer yakni sekira empat miliar ton. Cara mengambilnya dari tanah adalah dengan melakukan penambangan.
Di antara tiga jenis uranium (isotop 234, 235, dan 238), uranium dengan isotop 238 (U-238) adalah yang paling umum, jumlahnya sekira 99 persen uranium alami di bumi. Meski begitu, banyak reaktor nuklir yang memakai U-235 karena memerlukan konsentrasi isotop yang lebih tinggi. Cara menanggulangi kebutuhan itu adalah dengan pengayaan.
Sebelum menjadi listrik, bijih uranium padat dilarutkan menjadi cairan dan diekstraksi melalui pencucian in-situ. Lalu, kita mengubahnya menjadi padatan seperti kue kuning dan mengubahnya menjadi gas uranium heksafluorida. Bahan itu lalu disentrifugasi dan diproses menjadi uranium dioksida untuk pengayaan, yang membentuk pelet uranium yang menjadi dasar bahan bakar nuklir perakitan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Untuk mengelola limbah nuklir, setidaknya ada tiga tahap yang mesti dilakukan yakni prapengolahan, pengolahan, dan pengondisian. Tahap pertama adalah pemprosesan mencakup pemisahan dan pemilahan zat yang terkontaminasi dengan yang tidak. Tahap kedua adalah pengurangan volume dan limbah radioaktif, caranya dengan mengubah komposisinya dan memisahkan komponen radioaktifnya.