PIKIRAN RAKYAT - Cisaladah, mata air di kawasan Desa Mandalasari, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat teramat penting bagi banyak warga. Air bersih dari Cisaladah mengalir ke sejumlah perkampungan dan dipakai untuk kebutuhan keseharian warganya.
Cisaladah juga memasok air untuk sawah warga. Namun, bentang alam di sekitar mata air tersebut berubah selepas kawasan perbukitannya dikeruk untuk pembangunan jalur dan terowongan kereta cepat Jakarta-Bandung. "PR" menelusurinya.
Selokan kecil yang meliuk-liuk di tengah sawah-sawah itu airnya jernih betul. Arusnya pun cukup deras saat keluar dari rimbun pepohonan dan bambu hingga mengalir ke selokan.
Mata air tersebut memang berada di hutan kecil yang tersisa di perbukitan wilayah Maswati, Cikalongwetan. Hutan kecil nan teduh yang menaungi Cisaladah kontras dengan pemandangan sekitarnya berupa tanah-tanah gundul tanpa tegakan serta area proyek kereta cepat.
Baca Juga: Sule Digugat Cerai, Rizky Febian Justru Lakukan Hal Tak Terduga Soal Sosok Ibu
Bentang alam Maswati yang dulu hijau ditumbuhi karet dan teh kini berubah jadi tegalan. Pohon karet dan teh lenyap berganti huma-huma warga.
Cisaladah dan hutan kecilnya seperti oasis di tengah padang pasir yang menolak lenyap di tengah bentang alam yang digerogoti proyek.
Anang, pria 76 tahun asal Kampung Cikuda, Desa Mandalasari mengungkapkan, pasokan air dari sawah yang digarapnya berasal dari Cisaladah. Cisaladah juga merupakan hulu Sungai Cilangkap yang mengalir dari Cikalongwetan, melintasi Cipeundeuy hingga bermuara di Waduk PLTA Cirata.
Di Cikalongwetan, sejumlah kampung yang menadah air dari Cisaladah, yakni Cihanjuang, Cikuda, Cibengkung di wilayah Mandalasari dan Cimenteng di Kanangasari.