kievskiy.org

Dana Kebencanaan Kabupaten Bandung Barat 2024 Naik, untuk Antisipasi Bencana Hidrometeorologi

Pengendara melintasi area longsor di Jalan PLTA Saguling, kawasan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat.
Pengendara melintasi area longsor di Jalan PLTA Saguling, kawasan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - Alokasi dana kebencanaan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Barat naik dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk tahun 2024, telah dianggarkan dana kebencanaan sebesar Rp3 miliar.

Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) KBB, Asep Sehabudin, menjelaskan bahwa alokasi anggaran tersebut sebenarnya dianggap sudah memadai. Dana kebencanaan diarahkan untuk menjadi bagian dari Biaya Tidak Terduga (BTT), sehingga ketika terjadi bencana alam yang signifikan, Pemerintah Kabupaten dapat meminta bantuan dari tingkat Provinsi atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

"Anggaran sebesar Rp3 miliar itu sudah cukup, karena dana kebencanaan itu ada di BTT. Kalau terjadi sesuatu, misalnya bencana alam besar, kita bisa meminta bantuan ke Provinsi atau BNPB," ujar Asep sebagaimana dilaporkan kontributor Pikiran Rakyat Dewiyatini pada Senin, 22 Januari 2024.

Ditegaskan Asep, tidak ada istilah anggaran kebencanaan yang ideal karena bencana memiliki sifat mendadak. Keberhasilan dalam mengatasi bencana lebih berkaitan dengan kesiapsiagaan, termasuk kesiapan keuangan daerah. Jika terjadi suatu kejadian mendesak, anggaran BTT bisa diaktifkan.

Asep juga mengungkapkan bahwa stok logistik bencana hingga saat ini masih aman, memberikan ketersediaan sumber daya yang dapat digunakan untuk menangani bencana alam. Jika ternyata kurang, koordinasi dengan provinsi dan BNPB dapat dilakukan untuk mendapatkan tambahan bantuan.

Wilayah KBB memiliki potensi rawan bencana hidrometeorologi seperti longsor, banjir, dan angin kencang. Dari 16 kecamatan di wilayah tersebut, hanya 4 kecamatan yang tidak termasuk kategori rawan longsor.

Kecamatan yang masuk dalam kategori rawan bencana hidrometeorologi antara lain Rongga, Gununghalu, Cipongkor, Sindangkerta, Cililin, Cipatat, Saguling, Cisarua, Parongpong, Lembang, dan Ngamprah. Asep Sehabudin mengingatkan masyarakat akan potensi bencana hidrometeorologi, terutama pada masa peralihan dari kemarau ke musim hujan.

"Kami sudah memiliki peta daerah rawan longsor dan banjir. Sangat membantu kita dalam melakukan mitigasi," katanya.

Dia menekankan bahwa curah hujan tinggi dapat memicu berbagai macam bencana alam seperti banjir, longsor, dan angin kencang di sejumlah kecamatan. "Potensi bencana hidrometeorologi di Bandung Barat cukup tinggi, terutama saat curah hujan tinggi," ujarnya menambahkan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat