kievskiy.org

Rancaekek Berbeda dengan Kawasan Lain: Siang Panas Banget, Malam Hari Dingin Banget

Salah satu titik kemacetan di Jalan Raya Rancaekek-Garut pascabencana angin puting beliung, Kamis, 22 Februari 2024.
Salah satu titik kemacetan di Jalan Raya Rancaekek-Garut pascabencana angin puting beliung, Kamis, 22 Februari 2024. /Pikiran Rakyat/Ahlaqul Karima Yawan

PIKIRAN RAKYAT - Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan mengatakan bahwa suhu udara di Rancaekek, Kabupaten Bandung berbeda dengan kawasan lain.

"Delta T (perbedaan dua suhu) tajam. Siang hari panas bange, malam hari dingin banget, itulah yang menjadikan kawasan Rancaekek berbeda dengan kawasan di sekelilingnya," kata Eddy Hermawan.

Kondisi tersebut membuat Rancaekek menjadi pusat tekanan rendah, sehingga awan di sekelilingnya tersedot dan menyebabkan angin puting beliung.

"Kawasan yang menerima cahaya matahari lebih dari 12,1 jam berpotensi besar menjadi pusat tekanan rendah, sehingga awan-awan yang ada di sekeliling akan tersedot," ujarnya.

Jika langit sudah mulai gelap dan pekat, angin sudah mulai kencang, tidak ada lagi cahaya matahari masuk, dan benda-benda kecil sudah mulai terangkat, maka itulah fase pembentukan puting beliung dari pertumbuhan menjadi puncak.

Ketika angin sudah mulai berputar, maka puting beliung tersebut akan menelan semua kawasan yang mengalami fenomena tekanan rendah, seperti di Rancaekek.

Rancaekek, Lahan Hijau Berubah jadi Kawasan Industri

Selain itu, Eddy Hermawan juga menyatakan adanya perubahan tata guna lahan dari sebelumnya kawasan hijau menjadi industri, ini menjadi salah satu penyebab angin puting beliung di Rancaekek.

Eddy menjelaskan uap air dan udara dari utara, selatan, barat, dan timur masuk semua ke Rancaekek, sementara pada kawasan lain atau daerah sekitar Rancaekek tidak ikut mengalami fenomena tersebut.

Pemansan intensif membuat Rancaekek secara tiba-tiba menjadi kawasan pusat tekanan rendah. Awan-awan besar kumulonimbus berkumpul di Rancaekek.
"Kenapa bisa berputar? Ini ada mekanisme lain, mungkin ada desakan angin, katakanlah pada (ketinggian) 850 (meter) yang berasal dari Australia, kemudian berputar. Nah di situlah terbentuk tropical cyclone," tutur Eddy.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat