kievskiy.org

Anak-Anak di Pengungsian Longsor Bandung Barat Bercerita Kisah di Balik Gambar Kolecer

Sejumlah anak-anak mengikuti kegiatan menggambar di tenda sekolah darurat Kementerian Sosial, Posko pengungsi longsor, SD Negeri 1 Cibenda dan SDN Padakati, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat pada Selasa 26 Maret 2024.
Sejumlah anak-anak mengikuti kegiatan menggambar di tenda sekolah darurat Kementerian Sosial, Posko pengungsi longsor, SD Negeri 1 Cibenda dan SDN Padakati, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat pada Selasa 26 Maret 2024. /Pikiran Rakyat/Bambang Arifianto

PIKIRAN RAKYAT - Dengan menggunakan pensil, anak-anak itu asik menggambar di dalam naungan tenda sore itu. Mereka tampak fokus dan tak terlalu terganggu hiruk pikuk aktivitas di posko pengungsian. Ya, mereka tengah mengikuti kegiatan sekolah darurat yang digelar Kementerian Sosial untuk anak-anak pengungsi longsor Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat, Selasa 26 Maret 2024.

Epul ikut serta dalam kegiatan itu. Bocah 10 tahun asal Sukawarna, salah satu kampung yang berdekatan dengan Gintung tampak menggambar deretan bukit-bukit yang diwarnai merah muda, hijau, merah, dan cokelat. Rupanya, ingatan siswa kelas IV SD Padakati itu memang lekat dengan keberadaan bukit di dekat rumahnya. Alhasil, karya yang dibuat juga masih seputar itu.

"Sok kokoleceran kan di Gunung Gedogan nu longsor (Saya suka bermain kincir angin di Bukit Gedogan yang longsor)," kata Epul mengenai alasannya menggambar bukit.

Peristiwa longsor pada Minggu 24 Maret 2024 yang menyapu Kampung Gintung sepertinya masih tergambar di ingatannya. Pasalnya, longsor itu terjadi di Gunung Gedogan, bukit yang berlokasi tak jauh dari tempat tinggalnya. Gambar yang dibuat Epul seperti menjadi wujud memori yang masih tersimpan selepas peristiwa tersebut.

Pilihan menggambar bukit juga dilakukan Acep (8). Bocah asal Cilimus, sebuah kampung yang juga berbatasan dengan Gintung itu menggambar lebih detail dan jelas lagi. Di atas deretan bukit-bukit, Acep menggambar beberapa kolecer. Sementara di bagian bawah bukit, ia melukis sejumlah mobil. "Mobil polisi, truk polisi," ucapnya menerangkan identitas kendaraan-kendaraan roda empat tersebut.

Sejumlah anak-anak mengikuti kegiatan menggambar di tenda sekolah darurat Kementerian Sosial, Posko pengungsi longsor, SD Negeri 1 Cibenda dan SDN Padakati, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat pada Selasa 26 Maret 2024.
Sejumlah anak-anak mengikuti kegiatan menggambar di tenda sekolah darurat Kementerian Sosial, Posko pengungsi longsor, SD Negeri 1 Cibenda dan SDN Padakati, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat pada Selasa 26 Maret 2024.

Acep mungkin menyimpan ingatan akan lalu lalang kendaraan-kendaraan polisi selepas longsor terjadi. Kendaraan-kendaraan roda empat dari berbagai institusi pemerintah, aparat keamanan, relawan, petugas bencana alam memang hilir mudik di wilayah Cibenda terkait dengan longsor yang terjadi.

Acep pun menandaskan ingatannya akan deru kendaraan-kendaraan yang masuk tempat tinggalnya menjadi sebuah gambar sore itu. Sebagaimana Epul, kolecer ikut tampil dalam guratan gambarnya karena bukit yang longsor itu merupakan tempat Acep bermain kincir angin. "Di lembur oge sok kokoleceran (Di kampung saya juga suka bermain kincir angin)," ucapnya.

Sekolah darurat

Aktivitas menggambar di sekolah darurat tersebut menuai rasa syukur Cicih, ibunda Acep. Perempuan 43 tahun itu mengaku senang karena anaknya memiliki kegiatan yang menyenangkan di tempat pengungsian. "Alhamdulillah teu jenuh (Alhamdulillah anak saya tak jenuh)," ucapnya. Anaknya juga bisa bertemu dengan teman-temannya dalam kegiatan itu.

Mira Riati, Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial Kemensos mengatakan bahwa sekolah darurat berlangsung pada pagi dan sore hari selama 14 hari. Tak cuma anak-anak kecil dari tingkat, PAUD, TK, dan SD, sekolah bikinan Kemensos tersebut juga akan mengajak siswa-siswa SMP dan SMA. "Besok dibuat jadwalnya," kata Mira. Kegiatan belajar, lanjutnya, berlangsung secara informal dan bertujuan membuat anak-anak di pengungsian tak jenuh dan hilang traumanya.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat