/photo/2024/03/09/4191075830.jpeg)
PIKIRAN RAKYAT - Laga klasik Persib vs Persija kerap menjadi perhatian, terutama bagi para pendukung masing-masing. Di Bandung, ada kebiasaan yang dilakukan bobotoh saban Pangeran Biru berlaga, yakni membaca koran, sebelum maupun sesudah pertandingan.
Menjelang duel akbar Persib vs Persija di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Sabtu, 9 Maret 2024, Pikiran Rakyat mencoba mencari tahu kebiasaan itu, menelisik eksistensi media cetak di era konvergensi. Taofiq Zulkarnaen Alkaf, 48 tahun, menceritakan bagaimana budaya itu tetap ada hingga zaman berganti rupa.
Taofiq adalah agen koran di Jalan Naripan, Bandung, yang melanjutkan usaha orangtuanya. Dia merasakan dampak positif saban Persib berlaga, penjualan korannya meningkat.
"Masih aya sakedik, mung teu sapertos kapungkur (Masih ada sedikit (peningkatan penjualan), tapi gak seperti dahulu)," kata dia saat ditemui di Jalan Naripan, Sabtu.
"Ari kangge penambahan mah pami aya Persib, teu sareng Persija wae (Kalau untuk penambahan penjualan itu kalau Persib main, gak melulu lawan Persija saja)," ujar pria yang sudah sepuluh tahun menggantikan orangtuanya berjualan koran itu.
Taofiq tidak sendiri, ada Subagio, 66 tahun, yang juga merasakan dampak positif saban Persib berlaga. Subagio merupakan loper yang sudah 50 tahun menjalani profesinya itu. Dia memutuskan pergi dari tanah kelahirannya, Surabaya, ke Bandung untuk menjadi loper—kala itu, adalah masa kejayaan koran.
"Kalau dulu itu, Persib main atau Sabtu, koran itu payu," kata dia saat ditemui di Jalan Naripan, Sabtu.
Turun-temurun
Membaca koran saban Persib berlaga menjadi sebuah kebiasaan turun-temurun. Deni Janwar Ariyana, 33 tahun, menceritakan bagaimana orangtuanya langganan koran Pikiran Rakyat dan kerap membeli koran lain bila Maung Bandung bermain.