PIKIRAN RAKYAT - Beberapa praktisi di Hong Kong menyatakan gangguan berkepanjangan akibat virus corona akan mempengaruhi aktivitas perekonomian di negaranya sehingga bisa melemahkan kualitas aset dan profitabilitas perbankan.
Sebelum penyebaran pandemik virus corona, Hong Kong harus berjuang dari gejolak warga yang berkepanjangan, menolak keberadaan UU ekstradisi Tiongkok.
"Kuartal pertama biasanya merupakan bulan yang sibuk bagi kami karena klien mengerjakan rencana mereka untuk tahun yang akan datang. Tahun ini, volume keuangan perdagangan turun 15 persehingga 30 persen di Tiongkok dan Hong Kong," kata seorang bankir senior di sebuah bank global besar di Hong Kong.
Baca Juga: Tampil Cepat namun Khawatir, Rossi: Ini seperti Ajang Moto 2
Para analis dan bankir menyebut bank-bank Hong Kong menghadapi setidaknya dua perempat kualitas aset yang memburuk dan melambatnya pertumbuhan permintaan kredit ketika wabah coronavirus menyerang perdagangan dan perbankan konsumen.
Pemberi pinjaman di pusat keuangan Asia, termasuk HSBC (HSBA.L) dan Standard Chartered (STAN.L) mengalami penurunan permintaan untuk hipotek, penggunaan kartu kredit dan pinjaman perusahaan.
Lembaga pemeringkat kredit Fitch menyebut selama ini bank-bank Hong Kong memiliki eksposur terbesar di Asia ke Tiongkok yang menyumbang 29,4% dari aset sistem perbankan pada semester pertama di tahun 2019.
Baca Juga: Tak Mau Salahkan Siapapun Soal Banjir Jakarta, Roy Marten: Kita Merusak Alam, Lalu Dia Balas
Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters, pejabat kredit senior untuk kelompok lembaga keuangan di Moody's Investors Service, Sonny Hsu mengatakan beberapa perusahaan di Hong Kong telah menggantung perusahaannya setelah berbulan-bulan kerusuhan sipil, ditambah pandemi virus corona.