kievskiy.org

Ubah Keluhan Jadi Cuan, Cerita Ibu-ibu Dapat Omzet Jutaan Rupiah dari Usaha Sambal

Tri Mulyani berfoto bersama para ibu-ibu dan produknya yang bernama Delicil.
Tri Mulyani berfoto bersama para ibu-ibu dan produknya yang bernama Delicil. /Dok. Delicil

PIKIRAN RAKYAT – Tri Mulyani mampu mengubah keluhan menjadi cuan. Bisnis sambal baby cumi bernama Delicil (Delicious Food by Acil) yang dikelolanya, meraup omzet jutaan rupiah, setelah dia memulainya di tengah situasi serbasulit akibat pandemi Covid-19.

Tri terinspirasi memulai bisnis itu setelah mendengar keluhan sesama ibu-ibu di grup WhatsApp. Saat itu, banyak ibu-ibu yang mengeluh kesulitan memasak karena tak bisa berbelanja kebutuhan pokok akibat pembatasan kegiatan masyarakat.

Mendengar keluhan-keluhan itu, Tri mendapatkan inspirasi untuk mencoba terjun ke bisnis kuliner, beralih dari bisnis fesyen yang digelutinya sejak tahun 2020. Alasan untuk beralih ke bidang kuliner kian kuat setelah omzet yang diperolehnya dari fesyen mulai seret.

"Mereka (ibu-ibu) mengeluhkan betapa repotnya mencari makanan, sedangkan pasar dan warteg banyak yang tutup akibat pandemi. Melihat kebutuhan tersebut, saya mengakalinya dengan berbisnis baby cumi yang sehat, praktis, dan tahan lama,” kata Tri.

Dalam perjalanan meniti karier sebagai owner yang merangkap tim produksi, Tri memulai bisnis Delicil dengan modal yang relatif kecil.

“Modal awalnya itu Rp500.000 untuk beli macam-macam bahan, cetak stiker, dan beli kemasannya. Untuk omzetnya, biasanya sekali PO (prapesan) rata-rata mencapai Rp3-5 juta,” tuturnya. Dalam sebulan, Tri bisa menerima pre-order 4 hingga 5 kali.

Baca Juga: Cerita Pemuda Banten Dirikan UMKM Pertanian, Ingin Bebaskan Petani dari Dominasi Tengkulak

Setelah pandemi mereda, Tri mengatakan, omzetnya sempat menurun drastis akibat pergeseran target pasar yang semula menargetkan para pasien isoman. Setelah pandemi, pemesanan datang menjelang piknik dan mudik saja.

“Jujur, setelah pandemi, omzet dan pesanan jadi menurun drastis karena target pasarnya yang sudah beda. Dulu targetnya pasien-pasien Covid, sekarang lebih ke orang yang mau mudik, piknik, dan lain-lain,” katanya.

Omzet yang menurun setelah pandemi, memaksa Tri memutar otak untuk berinovasi. Sejumlah langkah pun dilakukannya, terutama mengoptimalkan pemasaran di media sosial.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat