kievskiy.org

Cerita Pemuda Banten Dirikan UMKM Pertanian, Ingin Bebaskan Petani dari Dominasi Tengkulak

Tiga founder Villa Tani Indonesia dari kiri ke kanan: Fatoni Saputra, Hari Bowo, Fachreza Hakim.
Tiga founder Villa Tani Indonesia dari kiri ke kanan: Fatoni Saputra, Hari Bowo, Fachreza Hakim. /Dok. Villa Tani

PIKIRAN RAKYAT - Memulai usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di bidang pertanian adalah jalan yang sunyi. Tidak banyak pelaku UMKM memilih pertanian sebagai bidang usaha mereka. Hal ini pun disadari oleh Mohammad Fachreza Hakim, pengusaha muda asal Banten yang punya perusahaan rintisan bernama Villa Tani Indonesia.

Selama ini, usaha pertanian selalu dikaitkan dengan citra negatif seperti kotor, tradisional, dan tidak menghasilkan banyak cuan. Sebab itu, tidak banyak orang mau  berbisnis di sektor ini, apalagi anak muda.

Padahal, menurut Fachreza, bisnis pertanian saat ini cukup menjanjikan. Contohnya, di antara banyak sektor yang terdampak pandemi, pertanian adalah salah satu sektor yang tidak terpengaruh, sebaliknya, justru mengalami peningkatan bersama sektor kesehatan dan teknologi. Kebutuhan akan pangan juga akan selalu meningkat seiring dengan jumlah penduduk yang terus bertambah.

“Bisnis pertanian jelas menjadi sektor andalan dan tahan terhadap resesi, dengan peluang yang sangat cerah. Simpelnya, selagi ada manusia, manusia masih butuh makanan yang didapat dari hasil pertanian,” tutur pemuda yang pernah menjuarai ajang Banten Youthpreneurs 2022 itu.

Villa Tani didirikan Fachreza bersama dua orang lainnya, Hari Bowo dan Fatoni Putera. Kegiatan bisnisnya berfokus pada penyediaan jasa dan kerja sama bagi petani binaan mereka. Mulai dari pelatihan, mencari investor, hingga membantu pemasaran secara digital. Mereka memosisikan diri sebagai wadah penghubung antara petani dengan investor, pemilik lahan, dan pembeli.

Villa Tani memiliki unit bisnis yakni Vila Preneur, Villa Fund, Villa Mart, Villa Ternak, Villa Buah dan Sayur, Toko Petani, Villa Resto, dan Villa Edukasi. Sehingga, makna petani dalam konsep ini bukan hanya petani dalam arti harfiah, namun juga petani investasi, petani marketing, petani teknologi, serta petani digital.

Baca Juga: Kisah Sukses Pelaku UMKM Kembangkan Tauco Cookies: Jangan Ikut-ikutan Produk yang Viral

Fachreza mengibaratkan konsep ini seperti pohon kelapa yang semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Sehingga, tidak ada komoditas yang terbuang.

“Sistem pertanian terpadu itu sistem yang terintegrasi. Misal, di Villa Ternak ada yang namanya kotoran hewan, kambing, sapi, dan domba. Itu kalau dibuang akan jadi limbah., tapi, limbah ini kita optimalkan, kita jadikan media tanam, kita jadiin pupuk buat di Villa Tani. (Terus) dari Villa Tani, kita misalkan nanam rumput odot. Nah, rumputnya ini untuk makan kambing dan domba. Jadi berputar gitu. Sayur-sayur yang reject dan tidak bisa dijual, alih-alih dibuang, itu kita jadikan pupuk juga. Kita mengupayakan semua zero waste,” ujar Fachreza.

Tak hanya itu, mereka juga memanfaatkan rendaman bawang merah dan bawang putih sebagai cairan pestisida nabati. Cangkang telur dari ternak ayam, mereka gunakan untuk pupuk karena mengandung banyak kalsium yang baik untuk tanaman.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat