kievskiy.org

Miss Tjitjih, Kelompok Tonil Sunda Era 1930-an yang Masih Bertahan hingga Kini

Ilustrasi.Mengenal Miss Tjitjih, kelompok teater sandiwara Sunda yang masih bertahan hingga kini.
Ilustrasi.Mengenal Miss Tjitjih, kelompok teater sandiwara Sunda yang masih bertahan hingga kini. /Pixabay/Andreas Glockner

PIKIRAN RAKYAT - Jika ada kelompok kesenian sandiwara Sunda tua yang masih bertahan hingga kini, Miss Tjitjih adalah salah satunya. Dalam salah satu unggahan akun Instagram @misstjitjih1928, riwayat berdirinya Miss Tjitjih ditulis.

Kelompok tersebut pertama kali menetap di Jakarta pada 1928. Mereka menetap di sebuah gedung bekas pabrik limun sebelah Bioskop Rivoli.

Tjitjih awalnya merupakan nama sang primadona dari kelompok itu yang lahir di Sumedang. Tjitjih juga istri dari pendiri kelompok tersebut, Aboe Bakar Bafagih. Sejumlah judul pementasan yang terkenal karya Miss Tjitjih yakni Si Manis Jembatan Ancol, Beranak dalam Kubur.

Sandiwara Sunda adalah hiburan yang digandrungi masyarakat pada dekade 1930-an. Hal ini tampak dari pemberitaan sejumlah surat kabar pada masa itu yang juga memberitakan bagaimana populernya Miss Tjitjih.

Baca Juga: Perkebunan Teh dan Karet Maswati, Cerita Menir Belanda di Lintasan Kereta Cepat Jakarta-Bandung

"Anjar-anjar ieu Soekaboemi kabandjiran raramean, anoe kabeh menta balandja atawa sakoerang-koerangna djadi gogoda kana bidjilna eusi sakoe rahajat." Demikian potongan berita koran berbahasa Sunda, Sipatoenan, pada Rabu, 2 Oktober 1935‎ tentang berbagai pentas hiburan yang membanjiri Sukabumi serta menggoda masyarakat untuk merogoh kocek guna menontonnya. Berbagai kelompok kesenian silih berganti datang ke Sukabumi, salah satu kelompok kesenian yang hadir adalah Miss Tjitjtih.

"Miss Tjitjih meunang 10 peuting deui bae (Miss Tjitjih menghibur warga selama 10 malam)," tulis Sipatahoenan. Sementara pemberitaan Sipatahoenan pada Rabu 25 Januari 1939 menyebutkan, Miss Tjitjih ngeduk doeit atau mendulang banyak uang dari hasil pentasnya di Cisaat, Sukabumi. "Ieu toneel Soenda ngamenna di Tjisaat katjida lakoena, remen kaartjis beak, oenggal peuting, nadjan hoedjan, pinoeh2 bae (Tonil Sunda ini pentas di Cisaat, begitu laku, karcis habis, setiap malam walaupun hujan, penonton tetap penuh)."

Miss Tjitjih memang terbilang tenar. Sipatahoenan pada Kamis 20 Agustus 1936 umpamanya, menyebutkan Miss Tjitjih bakal tampil dua kali di Majalaya. Kelompok tonil tersebut berencana tampil di Majalaya setelah manggung di Kebon Kalapa, Bandung. Sebulan sebelumnya, Mis Tjitjtih juga telah tampil di Majalaya.

Baca Juga: Sejarah Peci: Dulu Simbol Perlawanan, Kini Simbol Pencitraan?

"Miss Tjitjih baris balik deui ka Madjalaja sarta ngadjalankeun deui paoesahaanana di eta tempat. Nepi ka ajeuna panggoeng na di Madjalaja atjan diroeag sabab rek dipake deui tea tjenah (Miss Tjitjih akan kembali ke Majalaya serta tampil lagi di sana. Sampai sekarang, panggungnya bekas pentas sebelumnya belum dibongkar karena katanya bakal dipakai lagi)."

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat