kievskiy.org

Riset UI: Ketahanan Orang Indonesia Rendah, Gangguan Mental Bakal Meningkat

Ilustrasi gangguan mental.
Ilustrasi gangguan mental. /Pixabay/Geralt

PIKIRAN RAKYAT - Riset Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menunjukkan resiliensi atau kemampuan beradaptasi dan bangkit dari keterpurukan orang Indonesia cenderung rendah. 

‎Apabila situasi itu terus terjadi lama dengan kondisi pandemi Covid-19, gangguan mental di masyarakat pun bakal meningkat.

“Secara umum, rata-rata resiliensi orang Indonesia itu tergolong rendah. Mereka cenderung tidak tahan terhadap tekanan atau rasa sakit serta cenderung pesimis melihat masa depan ketika mengalami situasi yang menekan dan membuat mereka terpukul,” ujar Dr. Bagus Takwin, M.Hum, Ketua Laboratorium Cognition, Affect, & Well-Being Fakultas Psikologi UI dalam ‎webinar bertajuk “Resiliensi di Masa Pandemi: Studi tentang Resiliensi dan Dampaknya Terhadap Kesehatan Mental pada Orang Indonesia sebagaimana keterangan tertulis Humas UI belum lama ini. 

Webinar dilaksanakan secara daring dan dihadiri 614 peserta melalui platform zoom.

 Baca Juga: dr. Lois Sebut Raffi Ahmad Akan Bernasib Seperti Suami BCL Usai Vaksinasi: Istrinya Akan Jadi Janda Kembang

Pernyataan Bagus mengacu pada hasil riset yang telah dilakukan.‎ Sebenarnya, tutur Bagus, resiliensi dapat dibangun melalui apa yang disebut dengan ”afek positif”, yaitu pengalaman positif yang dialami seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain, atau ketika berhasil mengatasi tantangan hidup. 

“Contoh, ketika seseorang berhasil menyelesaikan sesi olahraga yang berat, ini memberikan afek positif. Ada emosi positif yang terjadi di dalam diri ketika berhasil menyelesaikan satu tantangan dalam hidup,” ujarnya.

 Jika dikaitkan dengan kondisi pandemi, apabila situasi sulit ini terus terjadi dalam waktu lama, kondisi resiliensi yang rendah ini pun dapat menyebabkan gangguan mental meningkat di masyarakat seperti sulit berkonsentrasi, tidak merasa puas dengan apa yang dijalani, sulit mengambil keputusan serta sulit menyelesaikan masalah.

Baca Juga: Pahami Sebab Mobil Limbung saat Berjalan di Tikungan, Berpotensi Timbulkan Kecelakaan

Menanggapi hal itu , Turro S. Wongkaren, Ph.D (Kepala Lembaga Demografi UI), sebagai salah satu penanggap menyatakan bahwa resiliensi itu terdiri dari dua unsur, yaitu daya lenting  dan fleksibilitas. Menariknya, masyarakat Indonesia itu tidak mempunyai daya lenting (bounce back) yang baik terhadap masa depan, cenderung puas dengan status quo namun mempunyai daya fleksibilitas (daya tahan) yang tinggi terhadap penderitaan.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat