kievskiy.org

Bahaya Henti Napas dan Cara Memberikan Bantuan Hidup Dasar atau BHD

Ilustrasi. Simak pengertian henti napas dan pentingnya mempelajari BHD atau bantuan hidup dasar.
Ilustrasi. Simak pengertian henti napas dan pentingnya mempelajari BHD atau bantuan hidup dasar. /Tangkap layar Youtube.com/Mozaik Education

PIKIRAN RAKYAT - Henti napas merupakan kondisi ketika pernapasan seseorang melambat atau terhenti sepenuhnya. Henti napas dapat terjadi secara mendadak kepada siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.

Henti napas dapat berakibat fatal karena apabila seseorang yang mengalaminya tidak segera ditangani, maka otak dan jantung bisa tidak berfungsi sehingga menyebabkan kematian.

Henti napas atau apnea terdiri dari beberapa jenis. Berikut 5 di antaranya.

  1. Apnea obstruktif yaitu kondisi henti napas yang dapat terjadi ketika saluran udara terhalang oleh sesuatu yang menyebabkan seseorang kesulitan untuk bernapas. Salah satu penyebab yang paling umum adalah pembesaran amandel atau adenoid.
  2. Apnea sentral yaitu henti napas yang paling sering terjadi pada bayi. Kondisi ini disebabkan oleh masalah yang terjadi pada bagian otak dan sistem saraf tertentu.
  3. Apnea campuran. Sesuai dengan namanya, kondisi satu ini merupakan gabungan dari apnea obstruktif dan apnea sentral.
  4. Sleep apnea memiliki beberapa penyebab, antara lain adalah otot lidah atau tenggorokan yang terlalu rileks, pembesaran lidah, pembesaran amandel dan adenoid, obesitas, sinyal otak yang bertugas mengontrol otot tenggorokan tidak berfungsi dengan baik, serta bentuk kepala dan leher. Ketika seseorang mengalami sleep apnea, maka orang itu akan mendengkur dengan keras dan menghela napas panjang dalam tidurnya.
  5. Sleep apnea sentral memiliki beberapa penyebab berbeda tergantung dengan jenisnya, seperti berikut:
    a) Sleep apnea kompleks dapat terjadi karena seseorang dengan apnea obstruktif mendapat pengobatan dengan cara pemberian tekanan positif pada jalur pernapasan secara terus-menerus.
    b) Pernapasan cheyne-stokes disebabkan oleh gagal jantung kongestif atau stroke.
    c) Apnea yang diinduksi obat disebabkan oleh obat tertentu.
    d) Pernapasan periodik terjadi ketika seseorang berada di ketinggian lebih dari 15.000 kaki.
    e) Sleep apnea sentral idiopatik masih tidak diketahui penyebab pastinya.
    f) Sleep apnea sentral yang disebabkan oleh kerusakan pada otak.
    g) Apnea prematuritas umumnya terjadi pada bayi yang terlahir prematur, disebabkan oleh sistem saraf yang belum berkembang dengan sempurna.

Baca Juga: Daftar Manfaat Sunat untuk Kesehatan, Banyak Penyakit Dapat Dicegah

Meski bukan tenaga medis, penting bagi seseorang untuk mempelajari cara memberikan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena henti napas dapat terjadi di mana saja dan kapan saja.

Pertolongan pertama terhadap orang yang henti napas disebut dengan Bantuan Hidup Dasar (BHD). BHD adalah upaya untuk mengembalikan fungsi pernapasan seseorang yang mengalami terhenti.

BHD berfungsi untuk mempertahankan pasokan oksigen ke otak, jantung, dan alat-alat vital lainnya dalam tubuh melalui Resusitasi Jantung Paru-Paru (RJP).

Berikut adalah prosedur BHD dengan RJP:

  1. Periksa kesadaran korban dengan cara menggoyang-goyangkan tubuhnya atau dengan cara dicubit.
  2. Atur posisi korban menjadi terlentang di atas alas yang keras dan rata dengan cara digelindingkan. Berhati-hatilah dengan kemungkinan adanya patah tulang pada korban.
  3. Hubungi layanan darurat tanpa meninggalkan korban.
  4. Periksa apakah korban masih bernapas atau tidak.
  5. Apabila korban tidak bernapas, buka jalan napas dengan mendongakkan kepala korban dan menahan dagunya, atau menahan tulang rahangnya.
  6. Periksa kembali apakah korban bernapas atau tidak. Periksa juga denyut nadi pada leher korban selama beberapa detik.
  7. Apabila korban masih tidak bernapas, berikan napas buatan sebanyak dua kali dengan perlahan dan penuh. Perhatikan pengembangan dada korban.
  8. Raba kembali denyut nadi pada leher korban.
  9. Apabila denyut nadi tidak terasa, segera lakukan kompresi pada bagian dada dengan siklus 30 kali kompresi dan dua kali napas buatan.
  10. Lakukan terus RJP hingga kondisi korban membaik atau cenderung meningkat.

Perlu diketahui juga bahwa RJP tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada beberapa indikator yang untuk memberikan RJP berkualitas.

  1. Kompresi di titik tengah dada dengan siklus 30 kali kompresi dan dua kali napas buatan.
  2. Kedalaman kompresi sekitar 5-6 cm.
  3. Kecepatan kompresi 100-120 kali setiap menitnya.
  4. Biarkan dada korban untuk mengembang sempurna setelah melakukan kompresi.
  5. Bebaskan jalan napas korban dengan cara mendongakkan kepalanya dan menahan dagunya, serta menahan tulang rahangnya.
  6. Berikan ventilasi yang memadai.
  7. Jika alat medis sudah datang, lakukan kejut jantung apabila memadai.

Mengingat apa yang kita lakukan hanyalah sebatas pertolongan pertama, maka percayakan tindakan selanjutnya kepada tenaga medis profesional. (Annisa Roffina Nurprili)***

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat