kievskiy.org

Indonesia Termasuk Negara yang Rentan Leptospirosis Menurut WHO, Berikut Penyebabnya

Ilustrasi Mengenal Penyakit Leptospirosis, beserta Gejala dan Penyebabnya
Ilustrasi Mengenal Penyakit Leptospirosis, beserta Gejala dan Penyebabnya /geralt/Pixabay

PIKIRAN RAKYAT – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah menyatakan Indonesia memiliki risiko tinggi terkena leptospirosis, mengingat kejadian banjir dan genangan air di beberapa wilayah akibat kondisi sanitasi yang buruk. Pada tahun 2021, WHO telah mencatat delapan provinsi di Indonesia yang mengalami kasus leptospirosis, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Banten, DKI Jakarta, Kalimantan Utara, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.

Leptospirosis merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang dapat menyerang manusia dan hewan. Penyakit tersebut ditularkan melalui cairan hewan yang terinfeksi dan masuk ke tubuh melalui hidung, mulut, mata, dan kulit yang terluka.

Adapun beberapa gejala yang ditimbulkan leptospirosis, di antaranya adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, dan muntah. Tanpa pengobatan, leptospirosis bisa berakibat fatal yang menyebabkan kerusakan pada ginjal, meningitis, gagal hati, hingga gangguan pernapasan.

Baca Juga: Imbas Banjir, Dinkes Kota Pekalongan Imbau Masyarakat Siaga Hadapi Penyakit Leptospirosis

Paparan risiko ini bisa menjadi lebih tinggi, terutama bagi mereka yang bekerja di luar ruangan tanpa menggunakan peralatan pelindung yang tepat, seperti petani, pencari kayu di hutan dan petugas kebersihan.

Sebagai bagian dari peningkatan pencegahan dan pengendalian leptospirosis di Indonesia, Kementerian Kesehatan (MH), Kementerian Pertanian (Kementan), dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meluncurkan program percontohan pemantauan sentinel tikus di 10 kabupaten serta melakukan surveilans terpadu untuk leptospirosis yang melibatkan sektor manusia, hewan, dan satwa liar di kabupaten tertentu.

"Untuk mencegah dan mengendalikan leptospirosis secara efektif, penting untuk mengkoordinasikan kolaborasi multisektoral yang melibatkan tim multidisiplin atau dikenal dengan pendekatan One Health," kata Direktur Surveilans Kesehatan dan Karantina Kemenkes, dr. Endang Budi Hastuti, dilansir Pikiran-rakyat.com dari laman WHO.

Baca Juga: Waspada Leptospirosis, Ketahui Cara Cegah dan Pengobatan Infeksi Bakteri yang Menular Lewat Urine

Pada 29 Maret 2022, mereka telah melangsungkan pertemuan pertama secara virtual untuk membahas bagaimana surveilans sentinel dapat mengidentifikasi reservoir hewan pengerat target yang bertanggung jawab atas leptospirosis manusia.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat