kievskiy.org

Apa Itu Wolbachia? Inovasi Medis yang Bisa Turunkan Penyebaran Dengue

Ilustrasi aedes aegypti.
Ilustrasi aedes aegypti. /Pixabay/WikiImages

PIKIRAN RAKYAT - Wolbachia merupakan inovasi teknologi untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD). Selain di Indonesia, pemanfaatan teknologi tersebut telah dilakukan di 9 negara, yakni Brazil, Australia, Vietnam, Fiji, Vanuatu, Meksiko, Kiribati, Sri Lanka, dan New Caledonia.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan, di negara-negara itu, wolbachia terbukti efektif untuk mencegah dengue. Efektivitas wolbachia telah diteliti oleh WMP di Yogyakarta sejak 2011.

Penelitian wolbachia dilakukan melalui dua fase, yakni fase persiapan dan pelepasan aedes aegypti dengan wolbachia dalam skala terbatas pada 2011-2015.

Wolbachia dilaporkan bisa melumpuhkan virus dengue dalam aedes aegypti, sehingga virus tak akan menular ke dalam tubuh manusia. Kemenkes menyebut, bila aedes aegypti jantan dengan wolbachia kawin dengan aedes aegypti betina, maka virus dengue pada nyamuk betina akan terblokir, jika posisinya nyamuk betina dengan wolbachia sedangkan yang jantan tidak, maka seluruh telurnya akan mengandung wolbachia.

Teknologi wolbachia melengkapi strategi pengendalian, berkasnya telah masuk ke Strategi Nasional. Sebagai pilot project, dilaksanakan di 5 kota Indonesia yaitu Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot project Implementasi Wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

Penurunan penyebaran dengue

Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani mengatakan, dalam uji coba penyebaran nyamuk dengan wolbachia di Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, di lokasi yang telah disebar wolbachia, mampu menekan kasus demam berdarah sampai 77 persen. Selain itu menurunkan proporsi dirawat di rumah sakit sebesar 86 persen.

"Jumlah kasus di Kota Yogyakarta pada bulan Januari hingga Mei 2023 dibanding pola maksimum dan minimum di 7 tahun sebelumnya (2015–2022) berada di bawah garis minimum," kata dia.

Sementara itu, Lurah Patangpuluhan Yogyakarta Sigit Hartobudiono menceritakan awal mula diperkenalkannya teknologi itu.

"Masyarakat pada awalnya memang ada kekhawatiran karena pemahaman dari masyarakat itu nyamuk ini dilepas kok bisa mengurangi (DBD)," tutur dia, "tapi seiring berjalan dan kita sudah ada edukasi, ada sosialisasi, sekarang masyarakat justru semakin paham, bahwa sebenarnya teknologi ini untuk mengurangi DBD."

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat