PIKIRAN RAKYAT - Pemerintah Rusia menginginkan Amerika Serikat memberikan permintaan maaf setelah Presiden Joe Biden menyebut Vladimir Putin seorang pembunuh.
Hal itu diungkapkan oleh seorang anggota parlemen senior Rusia pada Kamis, 18 Maret 2021, seperti dikutip dari Reuters.
Dalam wawancara ABC News yang disiarkan sehari sebelumnya, Joe Biden mengiyakan ketika ditanya apakah dia yakin presiden Rusia itu seorang pembunuh.
Baca Juga: Masih Jadi Polemik, Mendikbud Nadiem Makarim Targetkan Pembelajaran Tatap Muka pada Juli 2021
Baca Juga: Target Cetak 500.000 Wirausaha per Tahun, PDB dari KUMKM Diproyeksi Jadi 65 Persen pada 2024
Joe Biden juga menggambarkan Vladimir Putin tidak memiliki jiwa, dan berjanji akan membayar harga atas dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS 2020. Tuduhan ini langsung dibantah pihak Kremlin.
Setelah adanya komentar Joe Biden itu, pemerintah Rusia memanggil duta besarnya di AS untuk konsultasi mendesak, mengenai masa depan hubungan AS-Rusia.
Konstantin Kosachyov selaku wakil ketua majelis tinggi parlemen Rusia, mengatakan komentar Joe Biden tidak dapat diterima, pasti akan mengobarkan hubungan buruk, dan mengakhiri harapan di Moskow akan perubahan kebijakan AS di bawah pemerintahan AS yang baru.
Dia menambahkan penarikan kembali duta besar Moskow adalah satu-satunya langkah yang masuk akal untuk diambil dalam situasi tersebut.
"Saya menduga ini tidak akan menjadi yang terakhir jika tidak ada penjelasan atau permintaan maaf dari pihak Amerika," kata Kosachyov dalam unggahan di Facebook.
"Penilaian semacam ini tidak diperbolehkan dari mulut seorang negarawan berpangkat seperti itu. Pernyataan semacam ini tidak dapat diterima dalam keadaan apa pun," kata dia.