kievskiy.org

Protes Meningkat Usai Seorang Wanita Tewas Dipukuli Polisi, Presiden Iran: Harus Diselidiki

Ilustrasi kekerasan.
Ilustrasi kekerasan. /Pexels/Karolina Grabowska Pexels/Karolina Grabowska

PIKIRAN RAKYAT - Kematian wanita Iran bernama Mahsa Amini, akibat penahanan oleh polisi ‘moral’ yang telah memicu protes, harus diselidiki. Begitulah pernyataan yang disampaikan Presiden Iran Ebrahim Raisi, pada konferensi pers. 

“Saya menghubungi keluarganya pada kesempatan pertama dan saya meyakinkan mereka bahwa kami akan terus menyelidiki insiden itu … Perhatian utama kami adalah melindungi hak-hak setiap warga negara,” ujar Raisi.

Terkait kematian Mahsa Amini, Raisi mengatakan bahwa pihak berwenang harus melakukan apa yang sudah seharusnya mereka lakukan.

Baca Juga: Cetak Gol Cantik di Timnas Denmark, Aksi Eriksen Dinanti Fans MU jelang Lawan Man City

“Tanggung jawab itu sekarang berada di tangan pengadilan,” tuturnya menambahkan.

Setidaknya 31 orang tewas dalam aksi protes kematian Mahsa Amini, wanita Kurdi berusia 22 tahun yang meninggal pada 16 September 2022.

Diketahui pengunjuk rasa berbondong-bondog membakar kantor polisi dan kendaraan di beberapa kota di Iran pada Kamis, 22 September 2022. 

Baca Juga: Diplomat AS dan China Akan Bertemu, Siap Membahas Taiwan saat Ketegangan Masih Terjadi

Iran pun memblokir akses internet, seperti Instagram dan WhatsApp di beberapa wilayah Teheran dan Kurdistan, sebagai upaya yang dianggap mengekang gerakan protes yang semakin meluas. 

Sebagai bentuk protes, sejumlah wanita Iran juga terjun ke jalanan dan berkoar di internet untuk menunjukkan bahwa mereka telah membakar jilbab dan memotong rambut mereka.

Terkini Lainnya

Tautan Sahabat